May 28, 2017

Preview Film: Resident Evil: Vendetta (2017)


Petualangan Alice dalam Resident Evil memang sudah tamat dengan dirilisnya film keenam yang bertajuk The Final Chapter pada bulan Januari yang lalu. Namun, franchise yang diadaptasi dari video game tersebut masih akan terus berlanjut.

Beberapa hari yang lalu, tersiar kabar bahwa Resident Evil bakal di-reboot, alias dimulai kembali kisahnya. Tentu saja, bakalan tanpa si sexy Milla Jovovich yang peran ikonisnya sebagai Alice telah berakhir. Yang bakal menjadi produser versi reboot ini pun, konon, bukan nama sembarangan. Yakni, si master film horror asal Malaysia, James Wan.

Sekali lagi, itu semua baru rumor. Belum ada konfirmasi resmi tentang proyek reboot tersebut. Tetapi, sembari menunggu Resident Evil versi anyar yang entah kapan bakal dirilis, para fans bisa terlebih dulu menikmati versi animasinya yang mulai tayang di Cinemaxx Theater dan CGV Cinemas seluruh Indonesia pada hari Sabtu (27/5) ini.

Film berjudul Resident Evil: Vendetta tersebut juga bakal dirilis di Jepang dengan tajuk Biohazard: Vendetta. Bagi yang belum tau, sebelumnya sudah pernah beredar dua film animasi CG (computer graphic) tentang zombie-zombie-an ini. Yaitu, Resident Evil: Degeneration (2008) dan Resident Evil: Damnation (2012).

Resident Evil: Vendetta sendiri bakal mengambil setting di antara kejadian di video game Resident Evil 6 dan Resident Evil 7: Biohazard. Film animasi rilisan Sony Pictures Entertainment Japan ini memang berada satu universe dengan video game yang dirilis oleh Capcom. Berbeda dengan versi live-action-nya yang dibintangi Milla Jovovich, yang kisahnya berdiri sendiri, tidak terkait dengan video game-nya.

Karakter utama di film versi animasi juga sama dengan versi video game, yaitu Leon S. Kennedy (suaranya diisi oleh Matthew Mercer). Namun, di Resident Evil: Vendetta ini, sosok agen pemerintah Amerika Serikat itu bakal berbagi peran dengan Chris Redfield (Kevin Dorman), anggota BSAA (Bioterrorism Security Assessment Alliance). Selain itu, juga ada professor cantik, Rebecca Chambers (Erin Cahill).

Bagi para gamer, Leon dan Chris merupakan dua karakter ikonik yang sangat populer. Redfield menjadi tokoh utama di Resident Evil (1996) dan Resident Evil 5 (2009), serta Kennedy di Resident Evil 2 (1998) dan Resident Evil 4 (2005). Sementara itu, Rebecca adalah jagoan di video game prekuel, Resident Evil Zero (2002).

Di versi film animasi Resident Evil: Vendetta, ketiga karakter utama tadi akhirnya dipertemukan kembali. Leon, Chris dan Rebecca bakal bahu-membahu untuk menghentikan tokoh antagonis, Glenn Arias, yang memiliki misi balas dendam untuk menyebarkan virus mematikan baru, The Trigger Virus, di New York City.

Dari trailer yang dirilis beberapa waktu lalu, tampak Resident Evil: Vendetta tetap mengumbar aksi mengerikan para zombie. Namun, bila dibandingkan dengan dua film animasi pendahulunya, produk Marza Animation Planet ini terlihat lebih brutal dan menegangkan. Para gamer, yang kecewa dengan versi live-action produksi Hollywood, sepertinya bakal dipuaskan kali ini.

Resident Evil: Vendetta memang bukan film blockbuster. Namun, banyak pihak, terutama para pemain video game, menilai versi animasi ini bakal lebih baik dari versi live-action yang dibintangi Milla Jovovich, yang telah dirilis sebanyak enam judul tersebut.

Kisah film besutan Takanori Tsujimoto ini memang mengikuti cerita asli video game-nya, dengan desain karakter yang juga sama. Oleh karena itu, tak heran, para gamer lebih menyukai versi animasinya daripada versi Hollywood-nya.

Hingga kini, respon dari para kritikus masih belum diketahui karena Resident Evil: Vendetta baru dirilis hari Sabtu (27/5) ini di Jepang dan Indonesia. Sementara itu, di Amerika Serikat baru akan tayang pada 19 Juni 2017 nanti.

***

Resident Evil: Vendetta

Sutradara: Takanori Tsujimoto
Produser: Hiroyuki Kobayashi
Penulis Skenario: Makoto Fukami
Berdasarkan: Resident Evil by Capcom
Pemain: Matthew Mercer, Kevin Dorman, Erin Cahill
Musik: Kenji Kawai
Produksi: Capcom, Marza Animation Planet
Distributor: Sony Pictures Entertainment Japan, Kadokawa, CBI Pictures (Indonesia)
Durasi: 115 menit
Rilis: 27 Mei 2017 (Jepang & Indonesia), 19 Juni 2017 (Amerika Serikat)

Rating (hingga 27 Mei 2017)
IMDb: -
Rotten Tomatoes: -

Preview Film: Stratton (2017)


Nama Duncan Falconer mungkin belum setenar almarhum Ian Fleming, yang sukses menelurkan serial novel James Bond. Meski demikian, track record mantan anggota Special Boat Service (SBS) tersebut tak bisa diremehkan dalam dunia tulis-menulis.

Seperti halnya Fleming, Falconer juga mampu menghasilkan serial novel ala James Bond. Hingga delapan seri. Tentang anggota pasukan elite Inggris, SBS, yang bernama John Stratton. Film adaptasinya saat ini sedang tayang di bioskop-bioskop Cinema 21 Indonesia.

Karakter John Stratton sendiri memang didasarkan pada Duncan Falconer. Anggota SBS yang bekerja untuk Detasemen Intelijen di Irlandia Utara. Menjalankan misi berbahaya dan mempertaruhkan nyawa sudah menjadi makanan sehari-sehari. Dalam film berdurasi 95 menit ini, Stratton dan rekan-rekan setimnya harus menghadapi ancaman teroris yang menyerang Kota London dengan senjata biologis.

Awalnya, yang digadang-gadang sebagai pemeran John Stratton adalah Henry Cavill. Namun, karena sibuk dengan proyek Batman v Superman: Dawn of Justice (2016), aktor asal Inggris itu akhirnya mengundurkan diri. Yang ditunjuk sebagai penggantinya adalah Dominic Cooper.

Seperti halnya Cavill, Cooper juga berkebangsaan Inggris. Meski belum pernah menjadi bintang utama di film-film blockbuster, sepak terjangnya di Hollywood tak perlu diragukan. Aktor berusia 39 tahun itu sudah pernah terlibat di Captain America: The First Avenger (2011), Need for Speed (2014), Dracula Untold (2014), Warcraft (2016), dll.

Di kursi sutradara, pihak produser menunjuk Simon West, yang juga berasal dari Inggris, untuk menggarap Stratton. Selama ini, West sudah berpengalaman menghasilkan berbagai macam film action. Mulai dari Con Air (1997)-nya Nicolas Cage hingga The Mechanic (2011)-nya Jason Statham. Selain itu, dia juga pernah membesut Lara Croft: Tomb Raider (2001), Stolen (2012), The Expendables 2 (2012) dan Wild Card (2015).

Nama besar West dan Cooper seharusnya membuat Stratton menjadi film action thriller yang seru. Sayangnya, setelah tayang midnight pada weekend yang lalu, beberapa media di Indonesia memberikan review negatif.

Alur cerita film yang juga dibintangi oleh Tyler Hoechlin, pemeran Superman dalam serial Supergirl, ini dianggap terlalu datar. Simon West dinilai tidak menampilkan hal baru yang bisa membuat penonton terkesan. Akting para pemainnya juga biasa-biasa saja. Dominic Cooper tidak banyak membantu.

Sementara itu, respon dari para kritikus internasional masih belum diketahui karena film ini belum dirilis. Stratton memang baru akan tayang di Inggris pada 28 Juli 2017 nanti.

***

Stratton

Sutradara: Simon West
Produser: Matthew Jenkins
Penulis Skenario: Duncan Falconer, Warren Davis
Berdasarkan: Stratton series by Duncan Falconer
Pemain: Dominic Cooper, Gemma Chan, Austin Stowell, Tyler Hoechlin, Tom Felton
Musik: Nathaniel Méchaly
Sinematografi: Felix Wiedemann
Penyunting: Andrew MacRitchie
Produksi: GFM Films
Durasi: 95 menit
Rilis: 23 Mei 2017 (Indonesia), 28 Juli 2017 (Inggris)

Rating (hingga 24 Mei 2017)
IMDb: 4,9/10

Preview Film: Pirates of the Caribbean: Salazar's Revenge (Dead Men Tell No Tales) (2017)


Setelah enam tahun lamanya, penantian para fans Pirates of the Caribbean (PotC) akhirnya tuntas. Film terbaru, alias yang kelima, dari franchise rilisan Disney itu mulai tayang di bioskop-bioskop Indonesia pada hari Rabu (24/5) ini.

Dengan mengusung subjudul Dead Men Tell No Tales (khusus untuk kawasan Eropa dan Asia bertajuk Salazar's Revenge), PotC tetap mengisahkan petualangan si bajak laut nyentrik, Captain Jack Sparrow. Karakter yang diperankan oleh Johnny Depp itu memang sangat ikonik dan memiliki banyak penggemar sejak film pertamanya dirilis pada tahun 2003 silam.

Meski masih mengandalkan sosok Jack Sparrow sebagai jualan utamanya, PotC 5 ini kabarnya bakal berbeda dengan seri terakhirnya, PotC: On Stranger Tides (2011). Dilihat dari trailer-nya, sepertinya memang begitu banyak yang berubah dari segi cerita bila dibandingkan dengan prekuelnya. Selain itu, ada bintang-bintang lama yang muncul kembali.

Saat diwawancarai setelah world premiere di Shanghai beberapa waktu yang lalu (12/5), duet sutradara Joachim Ronning dan Espen Sandberg mengungkap bahwa mereka memang membuat cerita yang sama sekali baru untuk PotC 5 ini. Bukan lanjutan dari film keempat, On Stranger Tides.

Meski demikian, duo sutradara yang sukses menghasilkan film Kon Tiki (2012) itu meyakinkan bahwa Salazar's Revenge bakal lebih mudah disukai oleh para penonton dibandingkan film-film PotC sebelumnya. Alasannya sederhana. Mereka membuat seri kelima ini berdasarkan formula-formula sukses yang ada di film pertama, The Curse of the Black Pearl (2003).

Ronning tahu, sebagian besar fans PotC memang paling menyukai film perdana yang dirilis pada tahun 2003 tersebut. Adegan action-nya spektakuler. Petualangannya keren. Unsur komedinya sangat kental. Dan ada bumbu horror-nya.

Selain itu, PotC: The Curse of the Black Pearl juga menyajikan sisi emosional yang kuat. Kisah asmara antara tokoh Will Turner (Orlando Bloom) dan Elizabeth Swann (Keira Knightley) sukses menyentuh hati dan bikin baper para penonton.

Duet Ronning-Sandberg mengakui, mereka memang sangat menyukai film PotC yang pertama. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk membuat Dead Men Tell No Tales dengan mengandalkan elemen-elemen yang ada di The Curse of the Black Pearl, yaitu: action, love story, horror, dan humor. Semua dipadukan menjadi satu.

Jadi, apakah PotC 5 ini bakal mengulang plot cerita film yang pertama? Ronning menegaskan: Tidak. Mereka hanya menggunakan formulanya saja. Kisahnya sama sekali berbeda. Meski ada beberapa karakter utama yang muncul kembali, seperti Will Turner dan Elizabeth Swann.

Sandberg menyatakan, inti dari PotC 5 adalah kisah petualangan Henry Turner (Brenton Thwaites). Dilihat dari nama belakangnya, fans PotC sudah bisa menebak bahwa Henry adalah anak dari Will Turner.

Menurut Sandberg, di PotC 5 ini, porsi Will yang kembali diperankan oleh Orlando Bloom itu memang tidak banyak. Namun, dia berperan penting dalam mengantarkan anaknya untuk menjalani petualangannya sendiri.

Sebagai salah satu karakter yang disukai para fans, kembalinya Will ini memang sebuah kejutan. Bahkan, Orlando Bloom sendiri mengaku tidak menyangka bakal kembali tampil di PotC setelah terakhir kali muncul di film ketiga, At World's End (2007), sepuluh tahun silam.

Menurut Bloom, terlibat dalam tiga film pertama PotC (2003-2007) adalah pengalaman yang luar biasa. Oleh karena itu, mantan suami Miranda Kerr tersebut mengaku langsung excited begitu sang produser, Jerry Bruckheimer, mengajaknya untuk bergabung kembali.

Di lain pihak, berita gembira kembalinya Bloom juga disertai dengan rumor yang membuat para fans was-was. Kabarnya, bakal ada satu karakter utama yang tamat riwayatnya di PotC 5 (Oh, oh.. Siapa dia?). Apakah itu Jack Sparrow? *cry*

Ronning, selaku sutradara, juga mengaku sedih harus mengakhiri nasib salah satu karakter yang dicintai oleh para fans. Namun, hal itu memang harus dilakukan karena menjadi bagian penting dari sisi emosional yang berusaha mereka angkat.

Terkait Jack Sparrow, latar belakangnya memang bakal dikupas di PotC 5 ini. Dari trailer-nya, kita bisa melihat masa muda dari bajak laut urakan tersebut. Termasuk, hubungannya dengan Captain Salazar. Ada masalah apa sebenarnya di antara mereka?

Seperti yang disebut di subjudulnya, Salazar's Revenge, PotC 5 memang menampilkan Captain Armando Salazar (Javier Bardem) sebagai tokoh antagonis utama. Dikisahkan, bajak laut yang mukanya nyeremin banget itu memiliki dendam kesumat terhadap Jack Sparrow. Dia bakal memburu Jack hingga ke neraka sekalipun. Apakah kali ini Salazar bisa menuntaskan dendamnya?

FYI, di skenario awal, sebenarnya yang diplot sebagai musuh utama Jack Sparrow adalah Captain Brand, yang sejatinya akan diperankan oleh Christoph Waltz. Namun, karena sibuk dengan proyek film lain, Waltz akhirnya tidak jadi bergabung dengan PotC 5.

Sebagai pengganti, pihak produser kemudian memilih Javier Bardem. Uniknya, baik Waltz maupun Bardem pernah sama-sama berperan sebagai musuh James Bond-nya Daniel Craig, yaitu di Skyfall (2012) dan Spectre (2015). Untuk menyesuaikan dengan Bardem yang keturunan Latin, karakter Captain Brand yang semula bule pun harus berubah menjadi Captain Salazar.

Penampakan Captain Salazar yang cukup mengerikan sempat membuat banyak pihak khawatir PotC 5 bakal membuat anak-anak takut ketika menontonnya. Sutradara Ronning dan Sandberg pun mengakui hal itu.

Namun, mereka akhirnya tetap mengambil keputusan untuk menampilkan sosok Salazar yang menyeramkan. Duo sutradara tersebut memang harus memaksimalkan potensi dari karakter antagonis yang untuk pertama kalinya muncul di PotC 5 ini.

Terkait anak-anak yang bakal takut, Ronning dan Sandberg menyarankan agar para orang tua mendampingi mereka saat menonton di bioskop. Selain itu, anak-anak harus diberi penjelasan bahwa Captain Salazar ada di universe yang berbeda dengan kita. Jadi, meski sosoknya mengerikan, kita tidak akan pernah bertemu dengannya di dunia ini.

Selain menampilkan sisi horror Captain Salazar, PotC 5 juga bakal menyoroti love story antara Henry Turner (Brenton Thwaites) dan Carina Smyth (Kaya Scodelario). Bisa dibilang, mereka adalah versi baru dari Will Turner (Orlando Bloom) dan Elizabeth Swann (Keira Knightley), yang notabene adalah bonyoknya Henry.

Bedanya, pasangan Henry dan Carina ini bakal terasa lebih modern. Tidak kuno seperti Will dan Elizabeth. Menurut sutradara Ronning, dua muda-mudi tersebut memang sengaja ditampilkan lebih progresif dan kuat dibandingkan pendahulu mereka.

Ditambah lagi, karakter Carina, yang merupakan astronom sekaligus horologist (pakar waktu), digambarkan sangat spesial. Dia adalah sosok paling pintar di antara semua tokoh dalam franchise PotC. Sifatnya keras dan tidak takut berhadapan dengan siapa saja, termasuk para pria. 

Sepertinya, Carina yang diperankan oleh si cantik Kaya Scodelario memang sengaja diorbitkan sebagai jagoan cewek baru di PotC. Dalam beberapa tahun terakhir, Disney sangat getol mengangkat tokoh-tokoh wanita sebagai andalan baru di film-film mereka. Dan, film kelima PotC ini, kayaknya, juga tidak luput dari trend "girl power" ala Disney tersebut.

Di lain pihak, saat konferensi pers, Johnny Depp mengaku senang bisa kembali memerankan Jack Sparrow setelah menghilang enam tahun. Menurutnya, Jack adalah tokoh yang mewakili sense kebebasan. Hanya saat memerankan bajak laut gendeng tersebutlah Depp bisa bebas berekspresi tanpa dikekang oleh konsekuensi apapun.

Jack Sparrow memang sosok yang kontroversial. Dia nggak pernah belajar dari masa lalu. Sejak dulu, karakternya nggak pernah berubah. Jack adalah gambaran tokoh yang tak punya konsekuensi. 

Namun, di balik segala kontroversinya tersebut, para penonton menyukainya. Oleh karena itu, bersama dengan Captain Hector Barbossa (Geoffrey Rush) dan Joshamee Gibbs (Kevin McNally), Jack Sparrow adalah karakter yang selalu muncul dalam semua film PotC.

Saat konferensi pers, Johnny Depp juga sempat mengungkap hal yang menarik. Sebelum ini, dia sudah pernah bermain bareng Javier Bardem di Before Night Falls (2000). Di film tersebut, ada adegan saat keduanya berciuman.

Lucunya, Depp ternyata juga pernah melakukan adegan kissing dengan Penelope Cruz, yang kini menjadi istri Bardem di dunia nyata. Ciuman tersebut mereka lakukan saat Penelope memerankan Angelica di film keempat PotC: On Stranger Tides (2011).

Oh, ya. Di film kelima ini, PotC juga meneruskan tradisi menampilkan seorang penyanyi rock gaek sebagai cameo. Di film sebelumnya, ada gitaris The Rolling Stones, Keith Richards, yang memerankan bokap Jack Sparrow. Kali ini, ada Paul McCartney dari The Beatles. Namun, masih belum terungkap dia berperan sebagai siapa.

Btw, berbeda dengan film-film sebelumnya, Salazar's Revenge ini menjadi film PotC pertama yang syutingnya tidak dilakukan di Karibia. Disney lebih memilih lokasi pengambilan gambar di Australia, negara asal Brenton Thwaites.

Karena PotC ini adalah film kolosal, maka lokasi syuting di Aussie pun selalu dipenuhi oleh ribuan orang. Sutradara Ronning dan Sandberg, bahkan, menyebutnya sebagai parade sirkus raksasa.

Bila dibandingkan dengan film mereka sebelumnya, Kon Tiki (2012), PotC memang sangat besar. Bisa dibilang, ini adalah film blockbuster pertama yang mereka garap. Oleh karena itu, Ronning mengaku rasanya seperti mimpi.

Ketika ditanya tentang sekuel, alias film keenam, Sandberg menyatakan mungkin saja terjadi. Tapi, semua itu tergantung dari kesuksesan PotC 5. Yang pasti, jika Disney ingin melanjutkan kerja sama, dia dan Ronning selalu siap.

Setelah tayang secara terbatas di CinemaCon, Caesars Palace, Las Vegas pada 28 Maret 2017 dan menggelar world premiere di Shanghai Disney Resort pada 11 Mei 2017, reaksi para penonton cukup positif. Respon dari para kritikus masih belum diketahui karena PotC: Dead Men Tell No Tales baru akan dirilis secara global pada 26 Mei 2017.

***

Pirates of the Caribbean: Dead Men Tell No Tales (Salazar's Revenge)

Sutradara: Joachim Rønning, Espen Sandberg
Produser: Jerry Bruckheimer
Penulis Skenario: Jeff Nathanson
Pengarang Cerita: Jeff Nathanson, Terry Rossio
Berdasarkan: Pirates of the Caribbean by Walt Disney dan Characters by Ted Elliott, Terry Rossio, Stuart Beattie, Jay Wolpert
Pemain: Johnny Depp, Javier Bardem, Brenton Thwaites, Kaya Scodelario, Kevin McNally, Geoffrey Rush
Musik: Geoff Zanelli
Sinematografi: Paul Cameron
Penyunting: Roger Barton, Leigh Folsom Boyd
Produksi: Walt Disney Pictures, Jerry Bruckheimer Films
Distributor: Walt Disney Studios Motion Pictures
Durasi: 129 menit
Budget: USD 230 juta
Rilis: 11 Mei 2017 (Shanghai), 24 Mei 2017 (Indonesia), 26 Mei 2017 (Amerika Serikat)

Rating (hingga 23 Mei 2017)
IMDb: 8,5/10
Rotten Tomatoes: 35%
Metacritic: 47/100


Preview Film: One Last Heist (2017)


The Hatton Garden Vault di London pernah menyandang status sebagai tempat penyimpanan barang mewah paling aman di seantero Inggris. Namun, pada bulan April 2015, reputasi fasilitas yang terletak di bawah tanah tersebut langsung runtuh setelah sekawanan pencuri berhasil membobol dan menggondol berbagai macam perhiasan, seperti berlian, mutiara dan zamrud.

Dengan nilai total barang curian mencapai GBP 200 juta, insiden tersebut tercatat sebagai salah satu pencurian terbesar sepanjang sejarah Inggris. Dan, yang lebih memalukan, terutama bagi The Hatton Garden Vault, aksi ala film The Italian Job tersebut dilakukan oleh sekelompok pria lanjut usia, alias kakek-kakek jompo!

Kisah kriminal unik itulah yang coba diangkat oleh sutradara Ronnie Thompson menjadi sebuah film berjudul The Hatton Garden Job. Di Indonesia, film berdurasi 93 menit tersebut mulai tayang di bioskop-bioskop Cinemaxx Theatre dan CGV Cinemas pada hari Jumat (19/5) yang lalu dengan judul One Last Heist.

Alur cerita film yang sekilas mirip dengan Ocean's Eleven (2001) dan The Italian Job (2003) itu tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan kejadian nyatanya. Seorang pencuri misterius, yang dikenal sebagai XXX (Matthew Goode), ditawari peluang untuk membobol Hatton Garden Vault sebelum dia pensiun dari dunia kelam tersebut. Untuk melakukan aksi terakhirnya, XXX kemudian merekrut kawan-kawannya, sesama pencuri yang sudah berpengalaman. Selain harus mengelabui para polisi, mereka juga dihadapkan pada ancaman dari kelompok mafia Hungaria.

Bagi yang suka film-film bertema heist, alias pencurian, tidak ada salahnya menonton The Hatton Garden Job. Yang membuat kurang menarik, mungkin, karena pemain-pemainnya tidak terkenal. Seandainya yang membintangi adalah George Clooney atau Brad Pitt, pasti bakal banyak yang tertarik menontonnya.

***

One Last Heist

Sutradara: Ronnie Thompson
Produser: Ben Jacques
Penulis Skenario: Ray Bogdanovich, Dean Lines, Ronnie Thompson
Pemain: Matthew Goode, Joely Richardson, Stephen Moyer, Clive Russell
Musik: Paul Arnold, Andrew Barabas
Sinematografi: Arthur Mulhern
Penyunting: Emma Gaffney
Produksi: Fiction Films
Distributor: IEG (Indonesia)
Durasi: 93 menit
Rilis: 14 April 2017 (Inggris), 19 Mei 2017 (Indonesia)

Rating (hingga 21 Mei 2017)
IMDb: 7,9/10
Rotten Tomatoes: 27%


Preview Film: The Disappointments Room (2016)


Rumah tua, di daerah terpencil, dan sebuah ruangan misterius yang ternyata ada penunggunya. Formula tersebut seakan tak lekang dimakan waktu dan masih sering digunakan oleh film-film horror. Termasuk, The Disappointments Room, yang baru tayang di bioskop-bioskop Cinema 21 mulai hari Jumat (19/5) kemarin.

Film yang sudah dirilis di Amerika Serikat pada 9 September 2016 yang lalu ini dibesut oleh sutradara yang cukup terkenal di Hollywood, yaitu D. J. Caruso. Karya-karyanya antara lain: Taking Lives (2004), yang mempertemukan Angelina Jolie dan Ethan Hawke, Disturbia (2007) dan Eagle Eye (2008)-nya Shia LaBeouf, serta xXx: Return of Xander Cage (2017)-nya Vin Diesel yang baru tayang bulan Januari yang lalu.

Yang menarik, di samping D. J. Caruso, ada nama besar lain di belakang layar The Disappointments Room, yaitu Wentworth Miller, yang bertindak sebagai penulis naskah. Iya, ini Wentworth Miller-nya serial Prison Break (2005-2009) yang legendaris itu. Yang membuat banyak cewek patah hati setelah mengaku sebagai gay pada bulan Agustus 2013 yang lalu.

Kisah The Disapointments Room diawali oleh keluarga kecil Dana (Kate Beckinsale), David (Mel Raido), dan putra semata wayang mereka yang berusia 5 tahun, Lucas (Duncan Joiner), yang pindah ke sebuah rumah di pedesaan terpencil untuk menghilangkan trauma masa lalu. Putri bungsu mereka baru saja meninggal.

Tak disangka, rumah tua yang sebenarnya terlihat indah itu ternyata menyimpan sebuah kamar rahasia yang terletak di loteng. Dana, yang kondisi kejiwaannya sedang tertekan karena kehilangan putrinya, menjadi penasaran dan mulai curiga ada yang tidak beres dengan tempat tinggal barunya.

Setelah sekian lama mencari, Dana akhirnya menemukan kunci dari ruang rahasia tersebut. Dan, benar saja. Setelah dibuka, ternyata kamar misterius itu menyimpan kengerian yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya!

Jika dilihat dari plot ceritanya, The Disappointments Room sebenarnya berusaha menggabungkan kisah horror dengan psychological thriller. Kate Beckinsale, yang selama ini kita kenal sebagai vampire sexy dalam franchise Underworld, harus memerankan seorang MILF yang kondisi mentalnya labil, sambil melacak keberadaan "penunggu" kamar rahasia yang menurutnya gaib tersebut.

Sayangnya, setelah dirilis di Amerika Serikat tahun lalu, sesuai dengan judulnya, film berdurasi 92 menit ini dianggap mengecewakan oleh para kritikus. Sejumlah situs review juga memberi rating yang sangat negatif.

Nuansa teror yang disajikan oleh The Disappointments Room dinilai kurang mencekam. Bahkan, nyaris tidak terasa. Adegannya juga terlalu banyak berputar-putar di dalam rumah, sehingga terkesan membosankan. Selain itu, kondisi kejiwaan Dana yang diperankan oleh Kate Beckinsale juga tidak dikupas secara lebih mendetail. Aktingnya datar-datar saja.

***

The Disappointments Room

Sutradara: D. J. Caruso
Produser: Geyer Kosinski, Vincent Newman, Tucker Tooley
Penulis Skenario: Wentworth Miller
Pemain: Kate Beckinsale, Mel Raido, Gerald McRaney, Lucas Till
Musik: Brian Tyler
Sinematografi: Rogier Stoffers
Penyunting: Vince Filippone
Produksi: Demarest, Los Angeles Media Fund, Media Talent Group, Relativity Studios
Distributor: Rogue Pictures
Durasi: 92 menit
Rilis: 9 September 2016 (Amerika Serikat), 19 Mei 2017 (Indonesia)

Rating (hingga 20 Mei 2017)
IMDb: 3,9/10
Rotten Tomatoes: 0%
Metacritic: 31/100
CinemaScore: D

Preview Film: Before I Fall (2017)


Setelah dirilis pertama kali, tepat saat Valentine's Day, pada 14 Februari 2010, novel Before I Fall karya Lauren Oliver langsung mendapat respon positif dari para kritikus. Bahkan, sejumlah situs review buku menominasikannya menjadi salah satu Best Young Adult Paranormal/Fantasy Novel tahun 2010.

Kesuksesan Before I Fall membuat Fox 2000 Pictures tertarik dan kemudian membeli hak untuk memfilmkannya pada 15 Juli 2010. Maria Maggenti lalu mengadaptasi kisah tersebut menjadi sebuah skenario, yang lantas masuk dalam Black List tahun 2011, yaitu kumpulan naskah-naskah terbaik yang belum sempat difilmkan.

Meski sempat tersendat beberapa tahun, proses produksi Before I Fall akhirnya dimulai pada Oktober 2015 oleh Awesomeness Films dan Jon Shestack Productions. Yang ditunjuk sebagai sutradara adalah Ry Russo-Young, sineas wanita berusia 35 tahun, yang sebelumnya kerap menghasilkan film-film independen semacam You Won't Miss Me (2009) dan Nobody Walks (2012).

Kisah Before I Fall, yang mulai tayang di bioskop-bioskop Cinema 21 pada hari Kamis (18/5), berfokus pada kehidupan seorang cewek ababil berusia 17 tahun, Samantha Kingston (Zoey Deutch), yang bisa dibilang sangat sempurna. Dia memiliki segalanya: kaya raya, pacar ganteng, dan tiga sahabat yang setia.

Sam juga sangat populer di sekolahnya. Kecantikannya membuat banyak cowok memujanya. Terbukti, saat Cupid's Day, yang jatuh pada 12 Februari, dia banyak kiriman bunga mawar. Berdasarkan tradisi di Amerika, jumlah bunga yang didapat saat Cupid's Day memang menunjukkan tingkat popularitas seorang cewek di sekolah.

Namun, tak ada gading yang tak retak. Seperti halnya cewek-cewek populer lainnya, Sam juga punya kebiasaan buruk. Bersama tiga sobatnya, Lindsay (Halston Sage), Ally (Cynthy Wu) dan Elody (Medalion Rahimi), dia sering nge-bully cewek-cewek kuper di sekolahnya, terutama Juliet Sykes (Elena Kampouris), yang tidak mendapat setangkai bunga pun saat Cupid's Day.

Bahkan, bully-an Sam and the gang tidak hanya berhenti di sekolah. Malamnya, saat menghadiri sebuah pesta di rumah seorang cowok ganteng, Kent McFuller (Logan Miller), mereka kembali mengintimidasi dan menghina Juliet habis-habisan, hingga akhirnya gadis introvert itu pulang dengan berderai air mata.

Akan tetapi, seperti sebuah karma, kejahatan yang dilakukan oleh Sam dkk langsung mendapat balasan. Sepulang dari pesta, mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan. Sam pun tewas di tempat kejadian.

Seharusnya, ini menjadi akhir dari kisah Sam. Namun, ternyata, semesta berkehendak lain. Sebuah keajaiban terjadi. Saat membuka mata, Sam justru terbangun di pagi hari tanggal 12 Februari. Cewek cantik tersebut diberi kesempatan untuk mengulang hari terakhirnya, saat Cupid's Day, sebelum akhirnya kembali tewas karena kecelakaan pada malam harinya. Hal aneh itu berlangsung terus-menerus. Berulang-ulang..

Sam pun kemudian mulai menyadari kesalahan-kesalahan yang dia perbuat selama hidupnya. Termasuk, salah satunya, saat nge-bully Juliet, si gadis malang. Dia berusaha untuk berbuat baik di satu hari sisa hidupnya. Dengan tujuan untuk mengubah takdir. Mampukah akhirnya Sam menghindar dari kematian yang memang sudah digariskan untuknya?

Sebelum Before I Fall, tema kehidupan berulang sebenarnya sudah sering diangkat di berbagai film. Yang paling terkenal adalah Groundhog Day (1993) yang dibintangi oleh Bill Murray. Lalu, juga ada The Butterfly Effect (2004)-nya Ashton Kutcher, Source Code (2011)-nya Jake G, Predestination (2014)-nya Ethan Hawk, hingga Edge of Tomorrow (2014)-nya Tom Cruise.

Benang merah dari film-film tersebut adalah sang tokoh utama kembali ke masa lalu setelah mengalami kematian. Mereka juga berusaha untuk mengubah masa depan. Berulang-ulang. Seperti sebuah siklus.

Bedanya, Before I Fall ber-genre young adult, sehingga banyak mengulas permasalahan para remaja, mulai dari pacaran, persahabatan, hingga keluarga. Bisa dibilang, Before I Fall ini adalah perpaduan antara Groundhog Day dengan If I Stay (2014)-nya Chloe Grace Moretz yang banyak menguras air mata itu.

Seperti versi novelnya, setelah tayang di Sundance Film Festival pada 21 Januari 2017 dan dirilis di Amerika Serikat pada 3 Maret 2017 yang lalu, Before I Fall juga mendapat respon cukup positif dari para kritikus. Film berbujet USD 5 juta ini dinilai memberi perspektif baru untuk genre young adult.

Meski banyak adegan sama yang diulang-ulang, tidak akan membuat penonton cepat bosan. Jalan ceritanya juga sangat mudah dipahami. Ditambah dengan akting bintang baru Zoey Deutch yang mendapat banyak pujian, membuat Before I Fall semakin menarik untuk ditonton.

Pesan yang ingin disampaikan oleh film berdurasi 99 menit ini juga sangat dalam dan sarat makna, yaitu bagaimana kita menghargai kehidupan dan mengisinya dengan kasih sayang bersama orang-orang di sekitar. Seandainya diberi kesempatan untuk mengulang satu hari lagi sebelum maut menjemput, apa yang bakal kita lakukan?

***

Before I Fall

Sutradara: Ry Russo-Young
Produser: Matthew Kaplan, Brian Robbins, Jonathan Shestack
Penulis Skenario: Maria Maggenti
Berdasarkan: Before I Fall by Lauren Oliver
Pemain: Zoey Deutch, Halston Sage, Logan Miller, Kian Lawley, Jennifer Beals, Diego Boneta, Elena Kampouris
Musik: Adam Taylor
Sinematografi: Michael Fimognari
Penyunting: Joe Landauer
Produksi: Awesomeness Films, Jon Shestack Productions
Distributor: Open Road Films
Durasi: 99 menit
Budget: USD 5 juta
Rilis: 21 Januari 2017 (Sundance), 3 Maret (Amerika Serikat), 18 Mei 2017 (Indonesia)

Rating (hingga 19 Mei 2017)
IMDb: 6,4/10
Rotten Tomatoes: 66%
Metacritic: 58/100
CinemaScore: B


Preview Film: The Devil's Dolls (2016)


Boneka seram masih menjadi salah satu objek favorit dalam film-film horror. Mulai dari Child's Play (1988) yang mengorbitkan Chucky sebagai salah satu legenda creepy puppet, hingga Annabelle (2014), dan The Doll (2016), yang menjadi film boneka horror versi Indonesia.

Hari Rabu (17/5) ini, layar bioskop Cinemaxx dan CGV Cinemas kembali dihiasi oleh film horror yang mengusung boneka mengerikan dengan judul The Devil's Dolls. Sutradaranya adalah Padraig Reynolds, yang selama ini memang dikenal sebagai spesialis film-film horror.

Sesuai dengan judulnya, The Devil's Dolls mengisahkan tentang seorang detektif bernama Matt Williams (Christopher Wiehl) yang harus menyelamatkan putrinya dari kutukan boneka setan, worry doll. Konon, mereka yang memiliki boneka laknat tersebut bakal terjerat oleh kuasa gelap untuk melakukan kejahatan yang mengerikan.

Awalnya, boneka tersebut dimanfaatkan oleh seorang pembunuh berantai untuk melakukan serangkaian pembunuhan brutal. Dia mendapatkan ide mistik tersebut dari tradisi Guatemala kuno, di mana para orang tua biasanya menyuruh anak-anak mereka untuk menyelesaikan masalah dengan membuat worry doll bikinan sendiri sebelum tidur.

Namun, setelah pembunuh berantai tersebut diburu oleh warga dan berhasil ditembak mati, kutukan jahat justru mulai melanda seluruh kota dan mengakibatkan terjadinya sejumlah pembantaian baru. Sang detektif pun harus mengerahkan segala daya upaya untuk menghentikan kuasa gelap worry doll, yang mana juga merasuki putrinya.

Saat dirilis pertama kali dalam bentuk home video di Inggris pada 27 Juni 2016, film horror berdurasi 85 menit ini memang berjudul Worry Dolls. Tetapi, setelah didistribusikan secara terbatas oleh IFC Films di Amerika Serikat pada 16 Desember 2016, judulnya diubah menjadi The Devil's Dolls. Mungkin, supaya lebih menjual.

Sayangnya, perubahan judul itu ternyata tidak banyak membantu. Sejumlah kritikus memberi review negatif untuk The Devil's Dolls. Bahkan, di situs IMDb, rating-nya hanya 4,2/10. Akting dan visual efeknya dianggap mengecewakan.

***

The Devil's Dolls

Sutradara: Padraig Reynolds
Produser: Padraig Reynolds, Greg Haggart, Danny Kolker and Christopher Wiehl
Penulis Skenario: Danny Kolker, Christopher Wiehl
Pemain: Christopher Wiehl, Kym Jackson
Musik: Holly Amber Church
Sinematografi: Adam Sampson
Penyunting: Ed Marx
Distributor: StudioCanal UK (Inggris), IFC Films (Amerika Serikat)
Durasi: 85 menit
Rilis: 27 Juni 2016 (Inggris), 16 September 2016 (Amerika Serikat), 17 Mei 2017 (Indonesia)

Rating (hingga 18 Mei 2017)
IMDb: 4,2/10

Preview Film: Unforgettable (2017)


Salah satu hal yang sulit dilakukan di dunia ini adalah melupakan mantan. Apalagi, jika itu adalah mantan pasangan yang pernah mencintai dan membina mahligai rumah tangga bersama kita. Tak heran, saat sudah bercerai, banyak orang yang tidak bisa merelakan mantan suami/istri mereka hidup bahagia bersama orang lain.

Tema gagal move on itulah yang coba diangkat oleh Unforgettable. Film ber-genre erotic thriller tersebut sebenarnya sudah diputar di Amerika Serikat pada bulan April yang lalu, tapi baru mulai tayang di bioskop-bioskop Indonesia pada hari Rabu (17/5) ini.

Sesuai dengan judulnya, Unforgettable mengisahkan seorang wanita sexy bernama Tessa Manning (Katherine Heigl) yang gagal move on setelah bercerai dengan mantan suaminya, David Connover (Geoff Stults). Apalagi, cewek possesif itu harus kehilangan hak asuh putri semata wayang mereka, Lily (Isabella Rice), yang tinggal bersama bokapnya.

Selain belum bisa melupakan kenangan manis hidup bersama keluarganya, Tessa juga semakin terguncang setelah mengetahui mantan suaminya sudah bertunangan lagi dengan cewek berkulit hitam supersexy, Julia Banks (Rosario Dawson). Rasa sakit hati dan cemburu buta, dipadu dengan gagal move on, akhirnya mendorong janda kembang tersebut untuk melakukan hal yang nekat dan mengerikan, yaitu merencanakan pembunuhan terhadap Julia!

Sosok Tessa, yang terobsesi ingin balikan dengan mantan suaminya, diperankan oleh Katharine Heigl. Selama ini, bekas model cilik dengan ukuran dada 34D tersebut lebih banyak bermain di film-film komedi romantis, semacam Knocked Up (2007), 27 Dresses (2008), The Ugly Truth (2009) dan The Big Wedding (2013).

Oleh karena itu, cukup mengejutkan, kali ini Heigl berani mengambil peran yang sangat berbeda dengan karakter-karakter yang dia perankan di film-film sebelumnya. Dari seorang "ratu komedi romantis" yang manis berubah menjadi seorang mantan istri yang psycho.

Lawan main Heigl di Unforgettable pun bukan sosok sembarangan, yaitu Rosario Dawson. Wanita dengan ukuran dada 34D tersebut, bisa dibilang, merupakan salah satu aktris kulit hitam paling hot di Hollywood saat ini. Para cowok jomblo mungkin harus menyiapkan banyak tisu saat menonton Heigl vs. Dawson.

Saat diumumkan pertama kali pada 9 Januari 2014, Warner Bros. Pictures memang merencanakan Unforgettable ini menjadi film female-centric thriller, yaitu "pertarungan" mencekam antara dua karakter wanita. Semula, yang diplot sebagai dua pemeran utamanya adalah Kate Hudson dan Kerry Washington. Namun, di tengah perjalanan, dua aktris sexy itu meninggalkan proyek Unforgettable.

Sebagai pengganti Hudson dan Washington, pihak produser kemudian memilih Heigl dan Dawson. Tampaknya, mereka memang sengaja ingin mencari cewek blonde sexy dengan cewek kulit hitam eksotis. Sebuah perpaduan yang sebenarnya sangat menarik untuk sebuah thriller erotis.

Selain dua aktris utama, yang menduduki kursi sutradara juga mengalami perubahan. Awalnya, Amma Asante ditunjuk oleh Warner Bros. Pictures untuk membesut film berbujet USD 12 juta ini, sebelum akhirnya batal dan digantikan oleh Denise Di Novi. Unforgettable pun tercatat sebagai film pertama yang disutradarai oleh Di Novi, yang juga merangkap sebagai produser tersebut.

Sayangnya, meski diperkuat oleh dua pemain bertalenta semacam Heigl dan Dawson, Unforgettable gagal menggaet hati para kritikus. Setelah dirilis pada 21 April 2017 di Amerika Serikat, sejumlah situs review memberi rating negatif. Plot cerita film berdurasi 100 menit ini dianggap terlalu datar dan klise. Tidak menawarkan sesuatu yang baru dalam genre erotic thriller.

***

Unforgettable

Sutradara: Denise Di Novi
Produser: Denise Di Novi, Alison Greenspan, Ravi D. Mehta
Penulis Skenario: Christina Hodson, David Leslie Johnson
Pemain: Katherine Heigl, Rosario Dawson, Geoff Stults, Isabella Rice, Cheryl Ladd
Musik: Toby Chu
Sinematografi: Caleb Deschanel
Penyunting: Frédéric Thoraval
Produksi: DiNovi Pictures
Distributor: Warner Bros. Pictures
Durasi: 100 menit
Budget: USD 12 juta
Rilis: 21 April 2017 (Amerika Serikat), 17 Mei 2017 (Indonesia)

Rating (hingga 17 Mei 2017)
IMDb: 4,6/10
Rotten Tomatoes: 26%
Metacritic: 45/100
CinemaScore: C


Preview Film: The Autopsy of Jane Doe (2016)


Sepanjang tahun 2016 yang lalu, tidak banyak film ber-genre horror yang mendapat respon positif dari para kritikus. Selain The VVitch, yang disebut-sebut sebagai film horror terbaik tahun lalu (yang sayangnya tidak tayang di sini), dan The Conjuring 2, mungkin hanya The Autopsy of Jane Doe yang layak menuai pujian.

Sesuai dengan judulnya, The Autopsy of Jane Doe mengisahkan tentang proses autopsi mayat seorang wanita misterius. Para horrormania di Indonesia sudah bisa menikmati kengeriannya mulai hari Selasa (16/5) ini di jaringan bioskop Cinema 21.

Cerita film besutan sutradara Andre Ovredal ini dibuka dengan ditemukannya sesosok mayat wanita tak dikenal di sebuah pemakaman. Sebut saja namanya Jane Doe, sesuai dengan julukan yang biasanya diberikan untuk mayat perempuan tanpa identitas (John Doe untuk laki-laki).

Polisi kemudian membawa jenazah wanita cantik tersebut untuk diotopsi. Petugas koroner yang kebagian tugas untuk "membongkar" mayat Jane Doe (diperankan oleh Olwen Kelly) adalah sepasang ayah dan anak, Tommy (Brian Cox) dan Austin Tilden (Emile Hirsch).

Semula, tak ada yang aneh dalam proses otopsi tersebut. Kecuali, kondisi mayat Jane Doe yang masih sangat mulus dan bersih untuk ukuran korban pembunuhan. Namun, setelah melakukan pemeriksaan lebih dalam, keduanya mulai menemukan kejanggalan demi kejanggalan. Ada yang tidak beres dengan jenazah cewek sexy tersebut. Kemungkinan, ada kekuatan supranatural yang ikut terlibat dalam proses kematiannya!

Sebelum menelurkan The Autopsy of Jane Doe, sutradara Andre Ovredal mulai dikenal sejak menghasilkan Trollhunter (2010). Film dark fantasy dari Norwegia itu mendapat sambutan sangat positif dari para kritikus di seluruh dunia.

Oleh karena itu, dari segi pengalaman, filmmaker berusia 44 tahun itu sebenarnya tidak perlu diragukan. Terbukti, film berbahasa Inggris pertamanya ini dia sajikan secara berbeda bila dibandingkan film-film horror supranatural lainnya. Ovredal memadukannya dengan genre misteri dan detektif ala serial CSI. Lengkap dengan TKP pembunuhan hingga ruang bawah tanah milik keluarga Tilden yang menjadi tempat otopsi.

Bagi yang tidak terbiasa menonton film-film horror, mungkin bakal merasa jijik dan bergidik saat menonton proses otopsi dilakukan. Bakal tampak adegan mayat Jane Doe yang mulus itu diperiksa secara ilmiah, kemudian dibedah untuk kepentingan penyelidikan forensik.

Menariknya, sutradara Ovredal memberi pujian terhadap penampilan Olwen Kelly, yang dia anggap mendapat peran paling sulit dalam film berdurasi 86 menit ini. Padahal, aktris sexy asal Republik Irlandia itu hanya memerankan seonggok mayat, yang diam, tanpa ekspresi, sepanjang film.

Menurut Ovredal, dia langsung memilih Kelly sebagai pemeran Jane Doe setelah melakukan wawancara pertama. Salah satunya karena pengetahuan Kelly tentang yoga, yang dianggap bakal banyak membantunya dalam mengontrol tubuh dan pernafasan selama memerankan sesosok jenazah.

Selain Kelly, penampilan Brian Cox dan Emilie Hirsch sebagai ayah dan anak tukang otopsi juga mendapat banyak pujian. Pasangan senior dan junior itu dinilai mampu menunjukkan chemistry yang solid dan meyakinkan, lengkap dengan dialog yang dipenuhi istilah-istilah forensik dan biologi anatomi.

Sebagai aktor sepuh, sepak terjang Brian Cox memang tidak perlu disangkal lagi. Pria berusia 70 tahun itu sudah pernah membintangi puluhan judul film dengan berbagai genre. Begitu juga dengan Emile Hirsch. Meski baru berusia 32 tahun, aktor asal California itu sudah pernah terlibat dalam berbagai film. Yang paling terkenal adalah Into the Wild (2007), dan Lone Survivor (2013), yang diangkat dari kisah nyata dan dibintangi oleh Mark Wahlberg.

Setelah tayang perdana di Toronto International Film Festival pada 9 September 2016 dan dirilis di Amerika Serikat pada 21 Desember 2016, The Autopsy of Jane Doe langsung mendapat rating positif dari berbagai situs review dan kritikus. Ovredal dinilai sukses menyajikan film horror orisinil dengan set ruang bawah tanah dengan pencahayaan minim yang terasa meyesakkan, terutama bagi para penderita klaustrofobia.

Ovredal juga sangat pintar bermain di bidang forensik jenazah. Setiap sayatan pada si mayat sexy yang diperankan oleh Olwen Kelly akan memunculkan misteri baru yang membuat penasaran. Ditambah dengan jump scare yang efektif, The Autopsy of Jane Doe dijamin bakal membuat jantung para penonton berdegup kencang.

***

The Autopsy of Jane Doe

Sutradara: André Øvredal
Produser: Fred Berger, Eric Garcia, Ben Pugh, Rory Aitken
Penulis Skenario: Ian Goldberg, Richard Naing
Pemain: Emile Hirsch, Brian Cox, Olwen Kelly
Musik: Danny Bensi, Saunder Jurriaans
Sinematografi: Roman Osin
Penyunting: Patrick Larsgaard
Produksi: 42, IM Global, Impostor Pictures
Distributor: IFC Midnight
Durasi: 86 menit
Rilis: 9 September 2016 (TIFF), 21 Desember 2016 (Amerika Serikat), 16 Mei 2017 (Indonesia)

Rating (hingga 16 Mei 2017)
IMDb: 6,8/10
Rotten Tomatoes: 87%
Metacritic: 65/100

May 15, 2017

Preview Film: Bedeviled (2016)


Di era digital dan ponsel pintar ini, kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari yang namanya aplikasi. Beragam program canggih diunduh dan ditanam ke dalam smartphone untuk membantu dan mempermudah kegiatan sehari-hari.

Namun, apa jadinya jika aplikasi yang semula diciptakan untuk membantu manusia tersebut malah berubah menjadi sesuatu yang mengerikan dan, bahkan, mengancam nyawa pemakainya? Tema inilah yang diangkat oleh film horror supernatural berjudul Bedeviled, yang tayang di bioskop-bioskop Cinemaxx dan CGV Cinemas mulai hari Rabu (10/5) yang lalu.

Kisah film yang disutradarai oleh The Vang Brothers tersebut berkutat pada lima ababil, Alice (Saxon Sharbino), Cody (Mitchell Edwards), Dan (Brandon Soo Hoo), Haley (Victory Van Tuyl), dan Gavin (Carson Boatman) yang men-download sebuah aplikasi mirip Apple Siri bernama Mr. Bedevil. Aplikasi canggih itu bisa berkomunikasi langsung dengan penggunanya untuk diperintah mencari sesuatu, seperti alamat, email, nomor telepon, hingga restoran mana yang makanannya enak.

Namun, lambat laun, gejala aneh mulai ditunjukkan oleh oleh aplikasi misterius tersebut. Program artificial intelligence bernama Mr. Bedevil (Jordan Essoe) itu menjadi terlalu pintar. Dia bisa mengetahui perasaan terdalam penggunanya, seperti rasa takut dan rasa cemas. Bahkan, tidak sekadar menakut-nakuti, Mr. Bedevil akhirnya juga melancarkan teror untuk menyeret kelima remaja tersebut menuju kematian mereka!

Jika melihat jalan ceritanya, Mr. Bedevil ini, bisa dibilang, semacam Bogeyman yang muncul lewat aplikasi ponsel. Dalam urban legend Amerika, makhluk mengerikan itu sering digunakan untuk menakut-nakuti anak-anak agar berkelakuan baik. Soalnya, jika nakal, mereka bakal diculik oleh Bogeyman. Semacam Wewe Gombel dalam budaya Jawa.

Sayangnya, meski menawarkan kisah horror yang dipadu dengan kecanggihan teknologi, Bedeviled mendapat respon kurang positif. Para penonton hanya memberi rating rata-rata 4,4/10 di situs IMDb.

***

Bedeviled

Sutradara: Abel Vang, Burlee Vang
Produser: Abel Vang, Burlee Vang, Kirk Roos
Penulis Skenario: Abel Vang, Burlee Vang
Pemain: Saxon Sharbino, Victory Van Tuyl, Brandon Soo Hoo, Bonnie Morgan
Musik: David C. Williams
Sinematografi: Jimmy Jung Lu
Penyunting: Cole Duran
Produksi: Circle 18, Conduit, STANDOFF Pictures
Distributor: Ascot Elite Entertainment Group
Durasi: 99 menit
Rilis: 22 Oktober 2016 (Screamfest LA), 10 Mei 2017 (Indonesia)

Rating (hingga 12 Mei 2017)
IMDb: 4,4/10

Preview Film: Alien: Covenant (2017)


"In space, no one can hear you scream."

Tagline tersebut menjadi terkenal saat film Alien besutan Ridley Scott dirilis pada tahun 1979 silam. "Di luar angkasa, tak ada yang bisa mendengar teriakanmu," sebuah kalimat yang menggambarkan keputusasaan dan kesendirian. Mau teriak sekenceng-kencengnya pun nggak akan ada yang menolong

Film yang dibintangi oleh Sigourney Weaver itu memang disebut-sebut sebagai salah satu film horor fiksi ilmiah terbaik sepanjang masa oleh para kritikus. Selain dinobatkan sebagai Best Science Fiction Film versi Saturn Awards, Alien juga berhasil menyabet Best Visual Effects di Academy Awards, alias Oscar, di tahun yang sama.

Sejumlah sekuel pun segera mengikuti kesuksesan film yang pertama. Sebut saja Aliens (1986), Alien 3 (1992), dan Alien: Resurrection (1997). Semuanya dibintangi oleh Sigourney Weaver, yang memerankan  jagoan wanita legendaris, pembasmi para makhluk asing, Ellen Ripley.

Film kelima, alias Alien 5, sempat disebut-sebut bakal diproduksi. Namun, tak kunjung terealisasi. Di saat para fans menunggu kelanjutan kisah Ellen Ripley, pada tahun 2012 yang lalu, sutradara Ridley Scott ternyata malah merilis prekuel dari Alien yang berjudul Prometheus. Setting waktunya sekitar 30 tahun sebelum kejadian di film yang pertama.

Saat diwawancarai bulan April lalu, Sir Ridley Scott menegaskan bahwa sekuel Alien 5 tak akan pernah dibuat. Sutradara gaek berusia 79 tahun itu lebih memilih untuk mengerjakan prekuelnya. Tak tanggung-tanggung. Bukan hanya satu atau dua film, melainkan bisa sampai empat film! Prometheus (2012) sebagai pembuka, lalu diikuti oleh tiga film selanjutnya, sebelum ceritanya nyambung dengan kejadian yang dialami oleh Ellen Ripley dkk di film Alien (1979).

Film pertama sebagai lanjutan dari Prometheus adalah Alien: Covenant, yang bakal tayang di bioskop-bioskop Indonesia mulai hari Rabu (10/5) ini. Film yang kembali disutradarai oleh Ridley Scott tersebut merupakan film keenam dalam franchise Alien, dengan mengesampingkan Alien vs. Predator (2004) dan Aliens vs. Predator: Requiem (2007) yang dianggap sebagai spin-off tidak resmi.

Kisah Alien: Covenant sendiri mengambil setting waktu di tahun 2104, alias satu dasawarsa setelah kejadian di Prometheus. Bagi yang sudah lupa (sebaiknya menonton lagi), Prometheus sebenarnya adalah nama sebuah pesawat yang ditumpangi oleh Dr. Elizabeth Shaw (Noomi Rapace) dkk untuk menjelajahi sebuah planet asing. Misi mereka adalah mencari jawaban atas asal-usul kehidupan di bumi.

Sebagai bagian dari promosi, studio 20th Century Fox merilis sebuah video berjudul Prologue: The Crossing bulan April lalu. Klip pendek tersebut merupakan lanjutan dari Prometheus dan menjadi jembatan bagi para penonton sebelum menyaksikan Alien: Covenant.

Dalam prolog tadi, terungkap apa yang terjadi dengan karakter Dr. Elizabeth Shaw (Noomi Rapace) dan robot android David (Michael Fassbender) di ending film Prometheus. Ternyata, mereka berdua masih melanjutkan misi untuk mencari para Creators, alias Engineers, yang diyakini sebagai pencipta kehidupan di bumi. Pesawat yang mereka tumpangi kemudian menuju planet tempat para kreator tersebut berasal.

Menurut sinopsis resmi, sepuluh tahun setelah kejadian di Prometheus tersebut, sebuah pesawat koloni bernama Covenant sedang menuju ke sebuah planet asing yang diyakini sebagai surga tersembunyi. FYI, sebelum berubah menjadi Alien: Covenant, judul film berdurasi 123 menit ini adalah Alien: Paradise Lost.

Planet terpencil yang didatangi oleh para kru pesawat Covenant tersebut memang digambarkan sangat indah. Namun, ada yang aneh. Tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali. Seorang ahli terraforming bernama Daniels (Katherine Waterston), yang juga istri dari sang kapten pesawat, Jacob Bronson (James Franco), mulai curiga.

Kekhawatiran Daniels akhirnya menjadi nyata. Planet terasing yang semula tampak seperti surga itu ternyata adalah neraka yang dihuni oleh makhluk ganas xenomorph. Para kru pesawat Covenant pun menjadi buruan alien-alien tersebut. Menariknya, di sana ternyata juga ada David (Michael Fassbender), robot android dari Prometheus.

Dari foto yang dirilis oleh majalah Empire beberapa waktu yang lalu, tampak aksi mengerikan xenomorph yang sedang memakan manusia. Alien itu terlihat duduk di tubuh korbannya, dengan potongan daging dan darah yang berceceran. Hiiiy..

Dalam artikel di majalah Empire, disebutkan bahwa karakter xenomorph terinspirasi dari film dokumenter alam tentang binatang buas yang ditonton oleh sang sutradara, Ridley Scott. John Logan, sang penulis naskah, bahkan mengakui bahwa beberapa dari video itu memang begitu menakutkan.

Saat diwawancarai, Michael Fassbender juga menyatakan bahwa Alien: Covenant ini bakal benar-benar menimbulkan ketegangan dalam gedung bioskop. Film ber-genre horror sci-fi itu berusaha meneropong realitas virtual peradaban manusia yang futuristik, dengan alur cerita yang menakutkan dan menegangkan.

Pria berdarah Jerman itu juga mengatakan bahwa ia harus melakoni dua peran berbeda di film Alien terbaru ini. Dua-duanya adalah robot android dengan tampilan fisik yang sangat mirip. Yang pertama adalah David, survivor dari Prometheus. Yang kedua adalah Walter, anggota kru pesawat Covenant.

Menurut rumor yang beredar, sosok android David memiliki peran yang sangat penting. Diperkirakan, dialah yang melakukan eksperimen rahasia terhadap kru pesawat Covenant. Hal ini diperkuat dengan dirilisnya sederet foto x-ray dari para karakter yang menampakkan sosok alien menyeramkan di dalam tubuh mereka!

Selain android berwujud manusia, di film ini juga terdapat robot Audi Lunar Quatro yang diproduksi oleh pabrik mobil ternama, Audi, khusus untuk Alien: Covenant. Dari trailer-nya, terlihat bahwa robot nir kendali itu berfungsi untuk melacak keberadaan alien maupun para kru pesawat. Lunar Quatro ini memang diproyeksikan sebagai alat penjelajah bulan di masa depan oleh Audi.

Sementara itu, untuk tokoh utamanya, Alien: Covenant kembali melanjutkan tradisi mengangkat karakter cewek sebagai jagoan. Kali ini, yang ketiban sampur adalah Katherine Waterston. Bintang Fantastic Beasts and Where to Find Them (2016) itu sadar bakal dibandingkan dengan Sigourney Weaver yang sangat legendaris. Namun, dia sudah berusaha untuk tidak terlalu terbebani selama menjalani syuting.

Di lain pihak, Noomi Rapace, pemeran jagoan cewek dalam Prometheus (2012), dipastikan bakal kembali tampil di Alien: Covenant. Namun, hingga kini, belum diketahui seberapa besar porsinya. Yang pasti, dalam foto-foto dan poster resmi yang sudah beredar, sama sekali tidak tampak sosoknya.

Setelah menggelar world premiere di Odeon Leicester Square, London, pada 4 Mei 2017 yang lalu, Alien: Covenant mendapat respon cukup positif dari para kritikus. Meski tidak menawarkan hal baru, film berbujet USD 111 juta ini dianggap tetap mampu menampilkan ciri khasnya, yaitu teror yang sangat menegangkan di luar angkasa.

***

Alien: Covenant

Sutradara: Ridley Scott
Produser: Ridley Scott, Mark Huffam, Michael Schaefer, David Giler, Walter Hill
Penulis Skenario: John Logan, Dante Harper
Pengarang Cerita: Jack Paglen, Michael Green
Pemain: Michael Fassbender, Katherine Waterston, Billy Crudup, Danny McBride, Demián Bichir
Musik: Jed Kurzel
Sinematografi: Dariusz Wolski
Penyunting: Pietro Scalia
Produksi: 20th Century Fox, Scott Free Productions
Distributor: 20th Century Fox
Durasi: 123 menit
Budget: USD 111 juta
Rilis: 4 Mei 2017 (Leicester Square), 10 Mei 2017 (Indonesia), 19 Mei 2017 (Amerika Serikat)

Rating (hingga 9 Mei 2017)
IMDb: 8,5/10
Rotten Tomatoes: 77%
Metacritic: 65/100


Preview Film: King Arthur: Legend of the Sword (2017)


Setelah beberapa kali ditunda, King Arthur: Legend of the Sword akhirnya dirilis juga pada hari Selasa (9/5) ini. Para moviemania di Indonesia, lagi-lagi, beruntung. Karena bisa lebih dulu menikmati film besutan Guy Ritchie tersebut. Tiga hari lebih cepat daripada jadwal rilisnya di Amerika Serikat.

Bagi yang belum tau, King Arthur sebenarnya merupakan sosok raja legendaris dari mitologi Inggris. Beberapa ahli meyakini, dia hidup di Camelot pada akhir abad ke-5 sampai awal abad ke-6. Banyak buku tentang King Arthur yang telah ditulis. Salah satu yang paling terkenal adalah karya Sir Thomas Malory yang berjudul Le Morte d'Arthur. Terbit pertama kali pada 1485. Novel tersebut menjadi rujukan bagi yang ingin mempelajari sastra Arthurian hingga saat ini.

Menurut kisah legenda, King Arthur dianggap sebagai pahlawan setelah berhasil mencabut pedang Excalibur dari sebuah batu, yang ajaibnya, hanya dia yang mampu mencabutnya. Selain itu, juga berkembang cerita-cerita tambahan, seperti tukang sihir Merlin dan Queen Guinevere, istri King Arthur yang cantik jelita, yang diam-diam berselingkuh dengan Sir Lancelot, ksatria anggota dari Knights of the Round Table.

Untuk versi filmnya, sudah tak terhitung berapa kali kisah King Arthur diangkat ke layar lebar maupun layar kaca. Namun, di antara banyak film tentang Raja Britania Raya tersebut, ada dua yang mungkin paling terkenal, yaitu First Knight (1995) yang dibintangi oleh Sean Connery dan Richard Gere, serta King Arthur (2004) yang mengusung Clive Owen dan si sexy Keira Knightley.

Pada Januari 2014, Warner Bros. Pictures berniat kembali mengangkat kisah King Arthur ke layar lebar. Tak tanggung-tanggung, rencana awal mereka adalah membuat franchise baru yang terdiri dari enam film, dengan seri pertama berjudul Knights of the Round Table: King Arthur.

Namun, dalam perkembangannya, judul film yang dibintangi oleh Charlie "Pacific Rim" Hunnam itu kemudian diubah menjadi King Arthur: Legend of the Sword. Jadwal rilisnya juga ditunda beberapa kali. Dari awalnya 22 Juli 2016 menjadi 17 Februari 2017, lalu 24 Maret 2017, dan akhirnya 12 Mei 2017 untuk kawasan Amerika Serikat.

Film berdurasi 126 menit tersebut bakal mengisahkan petualangan dan perjalanan King Arthur (Charlie Hunnam). Mulai dari masa kecilnya, lalu menjadi dewasa, hingga berhasil mencabut pedang Excalibur yang legendaris itu dari sebuah batu, dan akhirnya menjadi raja.

Sesuai dengan subjudulnya, Legend of the Sword, dalam film yang ceritanya dikarang oleh David Dobkin dan Joby Harold ini, Arthur dikisahkan berusaha memahami dan mempelajari pedang magis Excalibur, yang sebenarnya sangat berbahaya, yaitu bisa membangkitkan sisi jahatnya. Dia kemudian juga bertemu dengan cewek misterius, Guinevere (Astrid Berges-Frisbey), yang kelak bakal menjadi istrinya.

Sebagai villain utama, sutradara Guy Ritchie menampilkan sosok diktator kejam, Vortigern, yang diperankan oleh Jude Law. Dia sebenarnya adalah pamannya Arthur yang kemudian mencuri haknya sebagai calon raja. Vortigern sebelumnya dengan keji membunuh bokapnya Arthur, Uther Pendragon (Eric Bana).

Dari final trailer yang dirilis oleh Warner Bros. Pictures beberapa waktu yang lalu, tampak cuplikan ramalan dan pencabutan pedang Excalibur oleh Arthur. "Pria yang terlahir sebagai keturunan raja akan segera muncul," demikian ucap sang peramal misterius tersebut.

Di tengah trailer, diperlihatkan adegan Arthur kecil yang diperintahkan untuk lari dan sembunyi oleh sang ayah, King Pendragon, yang hendak dibunuh oleh Vortigern. Dalam pelariannya, Arthur kemudian ditemukan dan dirawat oleh seorang pelacur dari sebuah rumah bordil di Londinium (cikal bakal Kota London).

Selain masa lalu King Arthur, video berdurasi 1 menit 35 detik itu juga menampilkan cuplikan perjalanannya untuk merebut kembali takhta kerajaan yang dikuasai oleh sang paman yang kejam. Sebagai penutup, dipilih adegan saat Arthur dan pasukannya menyerang kastil Camelot untuk mengalahkan Vortigern.

Dalam poster karakter yang dirilis oleh Warner Bros. Pictures beberapa bulan yang lalu, sosok King Vortigern yang diperankan Jude Law memang tampak sangat dingin. Sorot matanya tajam. Gambaran sifatnya yang keji semakin diperjelas dengan kutipan di gambar tersebut: "Temptation Blackens the Heart".

Yang menarik, selain mengandalkan Charlie Hunnam dan Jude Law, King Arthur: Legend of the Sword juga bakal menampilkan David Beckham! Menurut bocoran yang beredar, mantan pemain sepak bola paling kaya di seantero jagad tersebut memerankan karakter bernama Trigger, anggota pasukan Blackleg, alias pasukan khusus yang menjadi andalan King Vortigern.

Yang mengejutkan, dari foto yang dia unggah lewat Instagram beberapa waktu yang lalu, wajah mantan kapten timnas Inggris itu tampak sangat menyeramkan. Rambut di bagian samping kepalanya terkelupas akibat jahitan yang merembet hingga ke wajahnya. Sambil menyeringai, juga tampak deretan giginya yang amburadul berwarna kuning kehitam-hitaman.

Jadi, buat para cewek pemuja wajah tampan David Beckham, siap-siap saja kaget dengan penampilan legenda Manchester United tersebut. Perubahannya sangat drastis. Tidak ada lagi wajah mulus yang selama ini membuat suami Victoria Spice Girls itu digilai oleh banyak wanita.

Berbeda dengan David Beckham, Idris Elba, yang semula digadang-gadang bakal memerankan mentor dari Arthur, akhirnya batal terlibat dalam proyek film ini. Sutradara Guy Ritchie kemudian memilih Djimon Hounsou sebagai penggantinya untuk berperan menjadi Sir Bedivere.

Begitu juga dengan Elizabeth Olsen, yang awalnya di-plot sebagai Guinevere, akhirnya juga tidak menemui kata sepakat. Posisi pemeran Scarlet Witch dalam Marvel Cinematic Universe itu kemudian diisi oleh Astrid Berges-Frisbey, aktris cantik asal Spanyol yang namanya terangkat setelah memerankan Syrena dalam Pirates of the Caribbean: On Stranger Tides (2011).

Sementara itu, respon dari para kritikus, hingga saat ini, masih belum diketahui, karena King Arthur: Legend of the Sword baru akan tayang di Amerika Serikat mulai hari Jumat (12/5). Yang pasti, 97% pengunjung situs Rotten Tomatoes ingin menontonnya. Mungkin, sebagian besar adalah ibu-ibu muda, yang ingin menikmati kejantanan Charlie Hunnam dan Jude Law.

***

King Arthur: Legend of the Sword

Sutradara: Guy Ritchie
Produser: Guy Ritchie, Akiva Goldsman, Joby Harold, Tory Tunnell, Steve Clark-Hall, Lionel Wigram
Penulis Skenario: Guy Ritchie, Lionel Wigram, Joby Harold
Pengarang Cerita: David Dobkin, Joby Harold
Pemain: Charlie Hunnam, Àstrid Bergès-Frisbey, Djimon Hounsou, Aidan Gillen, Jude Law, Eric Bana
Musik: Daniel Pemberton
Sinematografi: John Mathieson
Penyunting: James Herbert
Produksi: Warner Bros. Pictures, Weed Road Pictures, Safehouse Pictures, Ritchie/Wigram Productions, Village Roadshow Pictures
Distributor: Warner Bros. Pictures
Durasi: 126 menit
Budget: USD 102 juta
Rilis: 8 Mei 2017 (TCL Chinese Theatre), 9 Mei 2017 (Indonesia), 12 Mei 2017 (Amerika Serikat)

Rating (hingga 10 Mei 2017)
IMDb: 7,2/10
Rotten Tomatoes: 18%


Preview Film: Free Fire (2016)


Nama Ben Wheatley mungkin belum begitu terkenal di dunia perfilman. Namun, setelah menelurkan Free Fire, yang mulai tayang di bioskop-bioskop Indonesia (CGV dan Cinemaxx) pada hari Jumat (5/5) ini, sutradara asal Inggris itu mulai disebut-sebut sebagai penerus Quentin Tarantino, salah satu filmmaker paling legendaris sepanjang masa.

Jika dilihat dari style-nya, Free Fire sekilas memang dianggap mirip Reservoir Dogs (1992), film pertama garapan Tarantino yang dinobatkan sebagai film indie terbaik sepanjang masa oleh Majalah Empire. Genre-nya adalah action-crime, namun dibumbui dengan unsur drama dan komedi yang kental.

Tokoh utama dalam Free Fire adalah seorang cewek bernama Justine (Brie Larson). Dia menjadi makelar pertemuan dua geng mafia Irlandia pimpinan Vernon (Sharlto Copley) dan Ord (Armie Hammer) yang ingin melakukan jual beli senjata di sebuah gudang tua di Kota Boston pada tahun 1978.

Tak dinyana, ketika beberapa senjata ditembakkan selama uji coba, kekacauan besar terjadi. Semua orang yang berada di gudang usang tersebut kemudian terlibat aksi tembak-menembak. Mereka pun akhirnya terjebak dalam sebuah permainan hidup dan mati.

Pada mulanya, Olivia Wilde dan Luke Evans yang digadang-gadang sebagai pemeran utama Free Fire. Namun, karena jadwal syuting bentrok, mereka akhirnya mengundurkan diri. Posisi Wilde dan Evans kemudian digantikan oleh Brie Larson dan Sharlto Copley. Di samping itu, film berdurasi 90 menit ini juga diperkuat oleh dua nama beken lain, Armie Hammer dan Cillian Murphy.

Setelah tayang di Amerika Serikat pada 21 April 2017 yang lalu, Free Fire mendapat respon cukup positif dari para kritikus. Sutradara Ben Wheatley dianggap berhasil menyajikan adegan action yang kejam dan penuh darah, tetapi juga lucu. Di tangan orang yang salah, film yang hanya menghabiskan bujet USD 7 juta ini bakal berantakan. Namun, di tangan Wheatley, kisahnya menjadi sangat menarik dan dinamis.

***

Free Fire

Sutradara: Ben Wheatley
Produser: Andy Starke
Penulis Skenario: Amy Jump, Ben Wheatley
Pemain: Sharlto Copley, Armie Hammer, Brie Larson, Cillian Murphy,
Jack Reynor, Babou Ceesay, Enzo Cilenti, Sam Riley, Michael Smiley, Noah Taylor
Musik: Ben Salisbury, Geoff Barrow
Sinematografi: Laurie Rose
Penyunting: Amy Jump, Ben Wheatley
Produksi: Film4 Productions, BFI, Rook Films, Protagonist Pictures
Distributor: StudioCanal (Inggris), A24 (Amerika Serikat)
Durasi: 90 menit
Budget: USD 7 juta
Rilis: 8 September 2016 (TIFF), 31 Maret 2017 (Inggris), 21 April 2017 (Amerika Serikat), 5 Mei 2017 (Indonesia)

Rating (hingga 5 Mei 2017)
IMDb: 7,1/10
Rotten Tomatoes: 67%
Metacritic: 63/100

Preview Film: Unlocked (2017)


Film-film action-thriller yang mengangkat kisah teroris dan agen rahasia memang masih laku dan menarik minat penonton di layar lebar. Sebut saja Salt (2010) yang dibintangi oleh Angelina Jolie hingga franchise Has Fallen, Olympus Has Fallen (2013) dan London Has Fallen (2016), yang mengandalkan Gerard Butler sebagai lakon utamanya.

Ditambah lagi, kondisi dunia, terutama Eropa, yang dalam beberapa tahun terakhir selalu dicekam oleh teror-teror bom yang mematikan, semakin membuat film-film yang mengangkat tema tersebut menjadi magnet bagi para moviemania. Hal itulah yang kemudian membuat Di Bonaventura Pictures tertarik untuk memproduksi Unlocked, yang mulai tayang di bioskop-bioskop Cinema 21 pada hari Kamis (4/5) ini.

Jika dilihat dari daftar cast-nya, pemain utama yang diusung oleh Unlocked bukan aktor kacangan, yaitu Orlando Bloom, yang sebelumnya terkenal sebagai lawan main Johnny Depp dalam franchise Pirates of the Caribbean. Kali ini, mantan pacar Katy Perry yang pernah mengumbar foto bugilnya saat liburan di Sardinia, Italia, itu memerankan karakter bernama Jack, seorang agen MI5 (dinas rahasia Inggris).

Dalam film Unlocked, Jack yang diperankan oleh Bloom harus bekerja sama dengan Alice Racine (Noomi Rapace), seorang mantan agen rahasia CIA (Amerika Serikat). Mereka berdua harus bahu-membahu untuk menggagalkan serangan teroris yang mengancam Kota London dengan senjata biologis pemusnah massal.

Saat diwawancarai beberapa waktu lalu, Bloom mengatakan kisah yang diangkat oleh Unlocked bisa benar-benar terjadi di dunia yang kita tinggali. Apalagi, ancaman terorisme akhir-akhir ini semakin masif dan sporadis. Bisa terjadi di mana saja, dan kapan saja.

Yang terbaru, ambil contoh kejadian yang berlangsung pada bulan Maret 2017 yang lalu. Kala itu, lima orang tewas dan sedikitnya 20 orang mengalami luka-luka setelah sebuah kendaraan roda empat menabrak para pejalan kaki dan seorang teroris menikam polisi di dekat gedung parlemen Inggris di Kota London, yang kebetulan juga menjadi setting dari film Unlocked.

Sementara itu, aktris Noomi Rapace mengaku tidak akan pernah melupakan proses syuting Unlocked. Gara-garanya, saat melakoni adegan laga, hidungnya sempat patah terkena sikut Orlando Bloom. Tentu saja hal tersebut tidak disengaja.

Menurut Noomi, Bloom sempat panik dan merasa bersalah setelah mematahkan hidung mancungnya. Namun, aktris asal Swedia itu menyatakan bahwa kejadian tersebut hanyalah sebuah kecelakaan yang tak perlu disesali.

Bahkan, bintang film Prometheus (2012) itu tetap bersikap profesional dan melanjutkan syuting Unlocked meski hidungnya patah. Dia hanya mengompresnya dengan es dan menutupinya dengan make-up agar terlihat lurus kembali. Setelah syuting selesai, barulah Rapace pergi ke dokter untuk mendapatkan pertolongan medis.

Karakter Alice yang diperankan oleh Rapace memang banyak melakoni adegan laga. Bahkan, dia menyebutnya sebagai Jason Bourne versi cewek. Selama ini, aktris dengan ukuran dada 34B itu memang selalu ingin menjadi Bourne versi wanita. Impian tersebut akhirnya terpenuhi di fim Unlocked ini, yang menurutnya penuh kekerasan, hingga sampai ada adegan menabrak lantai segala.

Di lain pihak, Michael Apted yang menggarap Unlocked juga bukan sutradara ecek-ecek. Sineas kawakan berusia 76 tahun itu sudah pernah membesut salah satu film James Bond-nya Pierce Brosnan yang berjudul The World Is Not Enough (1999). Orlando Bloom pun memuji Apted telah melakukan pekerjaan yang fantastis. Dia menangani proses produksi Unlocked dengan sangat baik dan teliti.

Hingga saat ini, belum diketahui bagaimana respon dari para kritikus, karena film yang juga dibintangi oleh Michael Douglas dan John Malkovich ini baru akan tayang secara terbatas di Amerika Serikat pada 1 September 2017. Namun, bagi para penggemar film action-thriller, sepertinya, Unlocked tidak boleh dilewatkan, terutama bagi yang ingin melihat kolaborasi Orlando Bloom dan Noomi Rapace.

***

Unlocked

Sutradara: Michael Apted
Produser: Lorenzo di Bonaventura, Georgina Townsley, Erik Howsam, Claudia Bluemhuber
Penulis Skenario: Peter O'Brien
Pemain: Noomi Rapace, Orlando Bloom, Michael Douglas, John Malkovich, Toni Collette
Musik: Stephen Barton
Sinematografi: George Richmond
Penyunting: Andrew MacRitchie
Produksi: Di Bonaventura Pictures, SRA Productions, Silver Reel, Bloom, Lipsync Productions
Distributor: Lionsgate
Durasi: 98 menit
Rilis: 4 Mei 2017 (Indonesia), 5 Mei 2017 (Inggris), 1 September 2017 (Amerika Serikat)

Rating (hingga 4 Mei 2017)
IMDb: 6,2/10

Preview Film: The Circle (2017)


Tak lama setelah sukses memerankan Belle dalam Beauty and the Beast (2017), wajah cantik Emma Watson kembali menghiasi layar lebar. Aktris asal Inggris itu bermain dalam film The Circle, yang mulai tayang di bioskop-bioskop Cinema 21 pada hari Rabu (3/5) ini.

Pemeran Hermione Granger dalam franchise Harry Potter itu berkolaborasi dengan sejumlah bintang terkenal dalam film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Dave Eggers tersebut, yaitu Tom Hanks, John Boyega dan Karen Gillan. Selain itu, The Circle juga tercatat sebagai film terakhir mendiang Bill Paxton yang meninggal pada bulan Februari yang lalu.

Dalam film ber-genre tecno-thriller ini, Emma Watson berperan sebagai Mae Holland, seorang gadis muda dari keluarga biasa-biasa saja. Dia hidupmu bersama bokapnya, Vinnie (Bill Paxton), yang sakit-sakitan, dan nyokapnya, Bonnie (Glenne Headly).

Suatu ketika, berkat bantuan seorang teman kuliahnya yang berpengaruh, Mae berhasil direkrut untuk bekerja di sebuah perusahaan internet bernama The Circle, yang dipimpin oleh Eamon Bailey (Tom Hanks). Karir Mae di perusahaan high-tech tersebut cepat menanjak. Salah satunya juga karena Bailey yang sering memotivasi para karyawannya untuk menikmati pekerjaan dan hidup secara terbuka.

Namun, lambat laun, semakin lama bekerja di The Circle, Mae semakin merasakan adanya kejanggalan dan membuatnya tidak lagi nyaman. Apalagi, setelah ia terjebak dalam sebuah situasi pelik yang berkaitan dengan privasi, pengawasan, dan kebebasan para pengguna internet. Setiap keputusan yang dia ambil bakal mempengaruhi kehidupan keluarga, teman-temannya, dan, bahkan, bisa mengancam masa depan umat manusia.

Setelah dipublikasikan pertama kali pada bulan Oktober 2013 yang lalu, novel The Circle yang dikarang oleh Dave Eggers memang mendapat respon cukup positif dari para kritikus dan sempat memicu perdebatan tentang kebangkitan media sosial. Teknik storytelling-nya, situasinya, dan temanya dianggap menyerupai dua novel sci-fi dystopis legendaris, Brave New World (1932) karya Aldous Huxley dan 1984 (1949) karangan George Orwell yang sangat terkenal itu.

Melihat kesuksesan novel The Circle, rumah produksi Likely Story milik Anthony Bregman tertarik untuk mengangkatnya ke layar lebar. Lalu, pada bulan Mei 2015, Image Nation Abu Dhabi mengumumkan bakal membiayai sepenuhnya proses pembuatan film yang menelan bujet USD 18 juta tersebut. Tom Hanks kemudian didapuk sebagai bintang utamanya bersama dengan Emma Watson.

Saat mempromosikan The Circle dalam Tribeca Film Festival di New York pada 26 April 2017 yang lalu, Tom Hanks tampil bersama CEO Twitter Jack Dorsey melalui aplikasi Periscope. Pemeran Robert Langdon dalam The DaVinci Code (2006) itu menyatakan bahwa Dorsey adalah sumber inspirasinya dalam memerankan karakter Eamon Bailey dalam The Circle.

Sayangnya, setelah dirilis secara luas di Amerika Serikat pada 28 April 2017, film besutan sutradara James Ponsoldt ini mendapat tanggapan negatif, baik dari para kritikus maupun penonton. Meski didukung oleh para bintang terkenal seperti Tom Hanks dan Emma Watson, The Circle versi layar lebar ini tampaknya gagal mengulang kesuksesan versi novelnya.

***

The Circle

Sutradara: James Ponsoldt
Produser: Anthony Bregman, Gary Goetzman, Tom Hanks, James Ponsoldt
Penulis Skenario: James Ponsoldt, Dave Eggers
Berdasarkan: The Circle by Dave Eggers
Pemain: Emma Watson, Tom Hanks, John Boyega, Karen Gillan, Ellar Coltrane, Patton Oswalt, Glenne Headly, Bill Paxton
Musik: Danny Elfman
Sinematografi: Matthew Libatique
Penyunting: Lisa Lassek
Produksi: Image Nation Abu Dhabi, Likely Story, Playtone
Distributor: STX Entertainment, EuropaCorp
Durasi: 110 menit
Budget: USD 18 juta
Rilis: 26 April 2017 (Tribeca), 28 April 2017 (Amerika Serikat), 3 Mei 2017 (Indonesia)

Rating (hingga 3 Mei 2017)
IMDb: 5,2/10
Rotten Tomatoes: 16%
Metacritic: 43/100
CinemaScore: D+


May 02, 2017

Preview Film: The Infiltrator (2016)


Bryan Cranston memang sudah lama malang-melintang di dunia perfilman Hollywood. Namun, namanya baru benar-benar terkenal setelah membintangi Breaking Bad (2008-2013). Dalam serial televisi yang disebut-sebut sebagai salah satu yang terbaik sepanjang masa itu, Cranston memerankan tokoh protagonis bernama Walter White, alias Heisenberg, seorang bandar dan pengedar narkoba paling dicari.

Setelah lepas dari Breaking Bad, pengisi suara Zordon dalam Power Rangers (2017) tersebut kembali membintangi beberapa film layar lebar. Salah satunya adalah The Infiltrator, yang baru tayang di Cinema 21 mulai hari Jumat (28/4) ini.

Uniknya, dalam film yang sudah dirilis di Amerika Serikat pada 13 Juli 2016 yang lalu itu, Cranston memerankan sosok yang berlawanan dengan karakternya di Breaking Bad. Dia menjadi penegak hukum yang berusaha memberantas perdagangan narkoba terbesar dalam sejarah.

Film The Infiltrator sendiri didasarkan dari kisah nyata yang dialami oleh Robert Mazur. Naskahnya diadaptasi dari buku otobiografi "The Infiltrator: My Secret Life Inside the Dirty Banks Behind Pablo Escobar's Medellin Cartel" yang ditulis oleh mantan agen rahasia US Customs Service tersebut.

Ya, pada tahun 1980-an, Robert Mazur memang melakukan infiltrasi, alias menyusup, ke dalam kartel narkoba terbesar di dunia pada saat itu. Pemimpinnya adalah Pablo Escobar, gembong narkoba paling kaya dan paling legendaris sepanjang masa, yang dijuluki sebagai Robin Hood dari Medellin oleh orang-orang Kolombia.

Dengan menggunakan nama samaran Bob Musella, Mazur kemudian menjadi anggota kartel Escobar bagian pencucian uang selama lima tahun. Berkat penyusupannya tersebut, dia berhasil membongkar praktik ilegal yang dilakukan oleh Bank of Credit and Commerce International serta menangkap 85 gembong narkoba. Itu menjadi penangkapan terbesar sepanjang sejarah dunia kriminal di Amerika Serikat.

Selain Bryan Cranston, The Infiltrator juga dibintangi oleh John Leguizamo, yang berperan sebagai Emir Abreu, dan si sexy Diane Kruger, yang memerankan Kathy Ertz, rekan Mazur yang menyamar sebagai tunangannya. Mereka bertiga menjadi sebuah tim agen rahasia yang bertugas membongkar money laundering yang dilakukan oleh kartel narkoba milik Escobar.

Jika dilihat dari trailer-nya, The Infiltrator menyajikan banyak aksi mata-mata yang dibumbui dengan adegan seru, seperti penyerbuan ke bandar-bandar narkoba. Bagi yang kangen dengan penampilan Bryan Cranston di Breaking Bad, film berdurasi 127 menit ini bisa menjadi pengobat rindu, meski kali ini dia memerankan sosok yang sangat berlawanan dengan karakternya di serial tersebut.

Setelah tayang di Amerika tahun lalu, The Infiltrator mendapat respon cukup positif dari para kritikus. Dengan diperkuat aktor bertalenta semacam Bryan Cranston, sutradara Brad Furman dianggap berhasil mengeksekusi fakta-fakta nyata yang mendasari film ini menjadi sebuah kisah yang dramatis.

Sayangnya, secara box office, The Infiltrator bisa dibilang gagal. Dengan modal USD 47,5 juta, hasil produksi Good Films ini hanya mampu meraup pemasukan USD 18 juta.

***

The Infiltrator

Sutradara: Brad Furman
Produser: Paul M. Brennan, Brad Furman, Miriam Segal, Don Sikorski
Penulis Skenario: Ellen Brown Furman
Berdasarkan: The Infiltrator by Robert Mazur
Pemain: Bryan Cranston, Diane Kruger, Benjamin Bratt, John Leguizamo, Amy Ryan, Said Taghmaou
Musik: Chris Hajian
Sinematografi: Joshua Reis
Penyunting: Luis Carballar, Jeff McEvoy, David Rosenbloom
Produksi: Good Films
Distributor: Broad Green Pictures
Durasi: 127 menit
Budget: USD 47,5 juta
Rilis: 6 Juli 2016 (Tampa Theatre), 13 Juli 2016 (Amerika Serikat), 28 April 2017 (Indonesia)

Rating (hingga 29 April 2017)
IMDb: 7,1/10
Rotten Tomatoes: 69%
Metacritic: 66/100

Preview Film: Be Afraid (2017)


Pernah terbangun dari tidur, tapi sulit bergerak atau berteriak? Jika iya, berarti Anda tidak sendirian. Banyak orang yang juga pernah, bahkan, sering, mengalaminya.

Fenomena yang dalam bahasa Jawa disebut "tindihan" itu biasanya kita alami saat hendak bangun dari tidur atau baru saja terlelap. Rasanya, tubuh seperti ditindih sesuatu dan membuat kita sulit bangun atau berteriak minta tolong.

Sering kali, tindihan diikuti oleh rasa dingin yang menjalar dari ujung kaki ke seluruh tubuh. Untuk bisa bangun, kita harus berusaha menggerakkan tangan, kaki, atau kepala sekuat tenaga hingga seluruh badan bisa digerakkan kembali.

Secara medis, keadaan tindihan itu disebut sebagai sleep paralysis alias lumpuh tidur. Karena seluruh tubuh memang tidak bisa digerakkan. Serasa lumpuh. Berdasarkan penelitian ilmiah, hampir setiap orang pernah mengalaminya. Setidaknya, satu atau dua kali sepanjang hidupnya.

Sleep paralysis bisa terjadi pada siapa saja. Tidak memandang usia maupun jenis kelamin, baik pria ataupun wanita, bisa tua atau muda. Tapi, biasanya, usia rata-rata orang mengalami tindihan pertama kali adalah 14-17 tahun. Berlangsung dalam hitungan detik hingga menit.

Yang menarik, saat mengalami sleep paralysis, biasanya, kita juga berhalusinasi, seperti melihat sosok asing atau bayangan hitam di sekitar tempat tidur. Oleh karena itu, tak heran, fenomena tindihan ini sering dikaitkan dengan hal mistis.

Di berbagai belahan dunia, tindihan dipercayai sebagai sosok roh jahat atau makhluk asing sedang menduduki tubuh kita saat tidur. Di Amerika, urban legend ini disebut sebagai incubus atau old hag. Orang-orang kulit hitam sering menyebutnya dengan ungkapan the devil riding your back, alias setan sedang menindih tubuhmu.

Hampir setiap budaya di dunia ini mengenal fenomena tindihan. Di berbagai negara, mitos sleep paralysis ini punya sebutan masing-masing, antara lain: gui ya shen (Tiongkok), se me subio el muerto (Meksiko), pee umm (Thailand), mara (Islandia), karabasan (Turki), kanashibari (Jepang), ma de (Vietnam), lidercnyomas (Hungaria), haddiela (Malta), suk ninmyo (New Guinea), dll.

Fenomena tindihan inilah yang kemudian diangkat ke layar lebar dengan judul Be Afraid oleh sutradara Drew Gabreski. Film ber-genre sci-fi thriller ini mulai tayang di bioskop-bioskop Indonesia (CGV dan Cinemaxx) mulai hari Rabu (26/4) kemarin.

Kisahnya berfokus pada Dr. John Chambers (Brian Krause) dan keluarganya yang pindah ke rumah baru mereka di sebuah kota kecil di Pennsylvania. Di sana, John mengalami tindihan saat sedang tidur (sleep paralysis). Dia terbaring lumpuh, terperangkap dalam sebuah mimpi buruk bersama makhluk dari dunia lain yang mengunjunginya. Mereka adalah entitas asing yang bersembunyi di balik bayang-bayang malam dan hanya bisa dilihat oleh orang tertentu.

Pertemuan mengerikan itu mulai menghantui John. Apalagi, setelah dia mengetahui bahwa tujuan makhluk asing tersebut adalah untuk menculik putranya yang baru berusia tujuh tahun. Mampukah John menyelamatkan diri dan keluarganya?

Brian Krause, sang aktor utama, namanya mulai dikenal setelah membintangi film horror Sleepwalkers (1992). Namun, puncak kejayaan bagi pria berusia 48 tahun itu dia capai saat memerankan Leo Wyatt di serial legendaris Charmed (1998-2006) bersama Shannen Doherty dan Alyssa Milano.

Di Amerika, film berdurasi 99 menit yang memiliki judul lain Within the Dark ini baru akan dirilis pada 1 Juni 2017 yang akan datang. Jadi, hingga saat ini, belum diketahui bagaimana pendapat dari para kritikus. Yang pasti, bagi para penonton yang sering mengalami tindihan, wajib waspada. Siapa tau, entitas asing yang mendatangi karakter John, suatu saat juga mengunjungi Anda. Be afraid. Hiiiy..

***

Be Afraid

Sutradara: Drew Gabreski
Produser: Sam Curphey, Drew Gabreski, James Keitel, Jay Lavely
Penulis Skenario: Gerald Nott
Pemain: Brian Krause, Kevin Grevioux, Louis Herthum,
Musik: Corey Wallace
Sinematografi: Scott Peck
Penyunting: Jeff Murphy
Produksi: DarkShed
Distributor: Moxienotion (Indonesia)
Durasi: 99 menit
Rilis: 26 April 2017 (Indonesia), 1 Juni 2017 (Amerika Serikat)

Rating (hingga 27 April 2017)
IMDb: 5,0/10

Preview Film: Guardians of the Galaxy Vol. 2 (2017)


Guardians of the Galaxy Vol. 2 akhirnya tayang mulai hari Rabu (26/4) ini. Para moviegoer di Indonesia, lagi-lagi, cukup beruntung karena bisa menikmati film superhero lansiran Marvel Studios tersebut lebih cepat dari jadwal rilis global. Di Amerika Serikat, yang notabene negara asal mereka, Star-Lord dkk baru akan menghiasi layar bioskop mulai tanggal 5 Mei 2017.

Guardians of the Galaxy Vol. 2 masih akan melanjutkan kisah film pertamanya yang rilis pada tahun 2014 yang lalu. Tokoh utamanya tetap Peter Quill (Chris Pratt), alias Star-Lord (who?), manusia bumi yang diculik oleh alien berkulit biru, Yondu Udonta (Michael Rooker), saat masih berusia 9 tahun. Bersama dengan teman seperjuangannya, yaitu Gamora (Zoe Zaldana), Drax the Destroyer (Dave Bautista), Rocket Raccoon (Bradley Cooper) dan Baby Groot (Vin Diesel), Star-Lord kemudian membentuk kelompok Penjaga Galaksi yang termashyur itu.

Jika dibandingkan dengan kelompok superhero Marvel lainnya, seperti X-Men, Fantastic Four dan, apalagi, The Avengers, Guardians of the Galaxy, bisa dibilang, memang yang paling tidak dikenal. Namun, semenjak film live-action pertamanya dirilis tiga tahun silam, popularitas Peter Quill dkk langsung menanjak. Bahkan, saking pesatnya, mungkin kini hanya kalah mashyur dari The Avengers yang digawangi oleh Iron Man dkk.

Yang menarik, karena seluruh superhero Marvel sebenarnya berada dalam satu semesta yang sama, alias Marvel Cinematic Universe, film kedua Guardians of the Galaxy ini juga merupakan jembatan sebelum kita menyaksikan Avengers: Infinity War. Star-Lord cs, kabarnya, memang bakal dipertemukan dengan Iron Man, Spider-Man, dkk dalam film Avengers ketiga yang rencananya dirilis tahun depan itu. Ceritanya, mereka semua akan bahu-membahu untuk melawan supervillain Thanos, musuh terkuat dalam jagad superhero Marvel.

Oleh karena itu, Guardians of the Galaxy Vol. 2 tidak boleh dilewatkan, terutama oleh para Marvelmania. Apalagi, sutradara James Gunn sendiri sudah menjamin bahwa sekuel kali ini bakal lebih seru, lebih rame, lebih besar, lebih aneh, dan, yang pasti, jauh lebih lucu daripada film pendahulunya.

Dalam 3,5 tahun terakhir, Gunn mengaku sangat total dalam menggarap GotG Vol. 2. Dia tidak mengerjakan apapun selain film ini. Di samping menyutradarai, Gunn juga merangkap sebagai penulis naskah. Jadi, setiap adegan yang ditampilkan benar-benar dipertimbangkan secara matang dan merupakan buah pikiran dari novelis yang juga seorang musisi tersebut.

Menurut Gunn, selain menampilkan banyak adegan action superseru dengan visual dahsyat yang memanjakan mata, GotG Vol. 2 bakal menguak latar belakang dari setiap karakter yang belum terungkap di film pertamanya. Salah satu sosok penting yang baru dimunculkan adalah Ego the Living Planet (Kurt Russell), yaitu alien berbentuk planet yang merupakan ayah kandung Peter Quill.

Dari trailer-nya, Ego tampak sebagai manusia biasa, semacam kakek-kakek tua, tanpa riasan prostetik atau efek CGI. Penampakan tersebut berbeda jauh dengan versi komiknya yang terlihat seperti monster raksasa dengan wajah mengerikan.

Selain Ego, juga ada tokoh uzur lain yang diperkenalkan, yaitu Stakar Ogord (Sylvester Stallone). Karakter yang juga dikenal sebagai StarHawk ini sebenarnya berhubungan dengan masa lalu Yondu Udonta. Dulunya, hubungan mereka sangat dekat, ibarat ayah dan anak. Namun, karena ada kesalahpahaman, mereka akhirnya berpisah selama dua dekade.

Seperti halnya Kurt Russell, tampilnya Sylvester Stallone di GotG Vol. 2 sebenarnya merupakan sebuah kejutan. Meski kabarnya hanya muncul di satu adegan, keterlibatan aktor kawakan semacam Sly tentu saja bakal membuat film ini semakin ramai. Apalagi, ada tambahan dua tokoh cewek baru yang tampaknya memegang peranan penting, yaitu si alien sexy mirip belalang sembah, Mantis (Pom Klementieff) dan Ayesha (Elizabeth Debicki).

Dari trailer-nya, sosok Ayesha juga sedikit berbeda dengan versi komiknya. Di film, pemimpin perompak luar angkasa The Sovereign tersebut tampil serbaemas, mulai dari aksesoris, pakaian, hingga singgasananya. Di komik, supervillain yang ingin membersihkan galaksi dari kaum lemah tersebut memang berkulit emas, namun bodysuit-nya merah dengan rambut panjang tergerai.

Hubungan antara dua saudari angkat yang bermusuhan, Gamora (Zoe Saldana) dan luphomoids Nebula (Karen Gillan), juga bakal dieksplor lebih jauh. Masa lalu mereka akan dikuak lebih dalam. Selain itu, jangan lupakan tingkah lucu Baby Groot, Rocket dan Drax, yang dijamin bakal menghibur dan menghanyutkan emosi para penonton.

James Gunn memang ingin menyajikan sesuatu yang baru dalam GotG Vol. 2. Dia ingin para penonton merasakan pengalaman yang berbeda jika dibandingkan dengan film yang pertama. Oleh karena itu, Gunn pun memutuskan untuk mengubah cerita dengan menyatukan tokoh-tokoh yang dulunya bermusuhan. Sebut saja Yondu dan Nebula, dua karakter antagonis di film pertama yang kini tampaknya bergabung dengan Peter Quill dkk.

Menurut Gunn, dirinya memang suka melihat sisi baik dari para tokoh jahat. Alasannya, seburuk-buruknya karakter seseorang, pasti punya sisi lemah dan sisi positif. Di samping itu, di lubuk hati yang terdalam, mereka sebenarnya juga punya keinginan untuk berbuat baik.

Seperti halnya sang sutradara, Chris Pratt, selaku bintang utama, juga menjamin kisah GotG Vol. 2 bakal dinamis dan berbeda dengan yang pertama. Menurutnya, plot cerita dari film kedua ini akan lebih berkembang dengan adanya background story dari masing-masing karakter. Termasuk Peter Quill, tokoh yang ia perankan, yang di film ini bakal bertemu bokapnya, Ego the Living Planet, untuk pertama kalinya.

Sementara itu, Dave Bautista mengungkap, Drax bakal tampil lebih lucu dan lebih aneh di GotG Vol. 2. Sosok berbadan gede namun lugu tersebut juga semakin sayang dan mencintai para anggota Guardians of the Galaxy, termasuk anggota baru, Mantis, yang ia anggap sebagai anak sendiri.

Berbeda dengan Pratt dan Bautista, saat diwawancarai, Zoe Saldana lebih banyak menyoroti tentang perjuangannya di-makeup selama 5 jam setiap hari sebelum menjalani proses syuting. Capeknya, jika sampai ada adegan yang merusak makeup-nya, dia harus mengulang dari awal lagi.

Saldana juga mengungkap, karakter Gamora yang ia perankan kali ini bakal bekerja sama dengan saudari angkatnya, Nebula. Menurutnya, Gamora sebenarnya sedih melihat Nebula berbuat jahat. Oleh karena itu, cewek berkulit hijau tersebut berjuang untuk menyadarkan dan membawa Nebula ke jalan yamg benar.

Di antara para karakter di GotG Vol. 2, yang paling menarik perhatian sebenarnya adalah Baby Groot. Meski mungil, tokoh berbentuk pohon ini sangat lucu dan menggemaskan. Proses pembuatannya pun sangat sulit karena menggunakan efek CGI (computer-generated imagery). Bahkan, untuk menampilkan scene Baby Groot menari di awal film dibutuhkan waktu lebih dari dua tahun karena saking rumitnya!

Satu hal lagi yang sangat penting dan sudah menjadi ciri khas dari Guardians of the Galaxy adalah iringan musik lawas era 70-an di berbagai adegan, terutama yang melibatkan Star-Lord. Kali ini, bakal ada kaset Awesome Mix Volume 2, berisi kumpulan lagu-lagu pilihan, hadiah dari Meredith, mendiang nyokap Peter Quill, yang biasanya dia dengarkan lewat walkman.

Lagu-lagu tersebut merupakan pilihan dari sutradara James Gunn. Sebagai seorang musisi, dia punya koleksi lebih dari seribu lagu era 70-an yang menjadi sumber inspirasinya. Gunn kemudian menyortir sendiri ribuan lagu dari playlist-nya dan memilih beberapa lagu terbaik untuk dijadikan sebagai soundtrack.

Gunn mengaku tidak sembarangan dalam memilih. Dia selalu mencari lagu dengan emosi paling pas untuk setiap adegannya. Di film yang pertama, lagu-lagu lawas pilihannya terbukti memang sangat cocok, enak didengar, dan disukai oleh para penonton.

Kali ini, dengan bujet yang lebih besar, Gunn berhasil mendapatkan hak untuk menggunakan lagu-lagu karya George Harrison, Fleetwood Mac, hingga Electric Light Orchestra. Bahkan, seluruh personel Fleetwood Mac meminta Gunn untuk memperlihatkan adegan dalam film yang dilatari oleh lagu mereka.

Selain lagu-lagu dari ketiga artis tadi, Gunn yang juga merupakan anggota dari band The Icons itu juga memasukkan lagu-lagu indie yang dirilis pada tahun 1980-an. Semua lagu tersebut sebenarnya mewakili perasaan ibunda Peter Quill, yang dikisahkan sebagai pecinta musik, seperti anaknya.

Chris Pratt sendiri juga mengaku suka dengan lagu-lagu era 70-an. Dia selalu memutar playlist Awesome Mix Volume 2 yang pilihan lagunya memang emosional, seru dan tidak membosankan meski didengarkan berulang kali.

Setelah menggelar world premiere di Tokyo pada 10 April 2017 yang lalu, GotG Vol. 2 mendapat respon positif dari para kritikus. Seperti pendahulunya, film yang kedua ini dinilai sangat lucu dan menghibur, dengan visual yang menakjubkan. Plot ceritanya juga sangat padat dengan berbagai adegan action yang seru.

Oh, ya. Seperti film-film superhero Marvel lainnya, bakal ada post-credit scene di GotG Vol. 2. Bukan hanya satu, James Gunn melalui akun media sosialnya, bahkan, mengkonfirmasi akan ada lima cuplikan adegan penting setelah film berakhir! Jadi, buat para penonton, jangan keburu pulang dulu sebelum benar-benar selesai dan layar bioskop menjadi gelap.

***

Guardians of the Galaxy Vol. 2

Sutradara: James Gunn
Produser: Kevin Feige
Penulis Skenario: James Gunn
Berdasarkan: Guardians of the Galaxy by Dan Abnett, Andy Lanning
Pemain: Chris Pratt, Zoe Saldana, Dave Bautista, Vin Diesel, Bradley Cooper, Michael Rooker, Karen Gillan, Pom Klementieff, Elizabeth Debicki, Chris Sullivan, Sean Gunn, Sylvester Stallone, Kurt Russell
Musik: Tyler Bates
Sinematografi: Henry Braham
Penyunting: Fred Raskin, Craig Wood
Produksi: Marvel Studios
Distributor: Walt Disney Studios Motion Pictures
Durasi: 136 menit
Rilis: 10 April 2017 (Tokyo), 26 April 2017 (Indonesia), 5 Mei 2017

Rating (hingga 26 April 2017)
IMDb: 8,5/10
Rotten Tomatoes: 85%
Metacritic: 66/100