July 23, 2017

Preview Film: Dunkirk (2017)


Tak ada yang meragukan kepiawaian Christopher Nolan dalam membuat film. Di usianya yang baru 46 tahun, sutradara asal Inggris itu sudah dianggap sebagai salah satu filmmaker terhebat sepanjang masa.

Berbagai genre film sudah dia telurkan, mulai dari action, thriller, superhero, hingga science-fiction. Nyaris semua karyanya menjadi box office dan mendapat pujian dari berbagai kritikus. Sebut saja Following (1998), Memento (2000), Insomnia (2002), The Prestige (2006), Inception (2010), Interstellar (2014), dan trilogi Batman The Dark Knight (2005-2012) yang monumental itu.

Tahun ini, Nolan kembali menggebrak jagad perfilman dengan menelurkan sebuah war film, genre yang selama ini belum pernah dia sentuh. Selain menyutradarai, dia juga memproduseri dan menulis sendiri skenarionya. Diangkat dari sebuah kisah nyata di era Perang Dunia II yang dahsyat: Battle of Dunkirk.

Kejadiannya berlangsung pada tahun 1940. Saat itu, sebanyak 400.000 tentara Sekutu, yang terdiri dari Inggris (sebagian besar), Prancis, Belgia dan Kanada, dikepung oleh pasukan Jerman dari darat dan udara. Mereka terpojok di pinggir pantai Dunkirk, sebuah kota kecil yang masuk wilayah Prancis. Satu-satunya jalan keluar adalah lewat laut.

Perdana Menteri Inggris yang termashyur kala itu, Sir Winston Churchill, kemudian memerintahkan operasi penyelamatan besar-besaran. Evakuasi yang juga dikenal sebagai Operasi Dynamo itu digelar mulai tanggal 27 Mei hingga 4 Juni 1940.

Setelah mengerahkan 861 perahu dan kapal laut (243 di antaranya tenggelam saat melintasi Selat English Channel yang panjangnya 72 kilometer), sebanyak 338.226 tentara Sekutu akhirnya berhasil diselamatkan. Sisanya, tewas atau menjadi tawanan pasukan Jerman.

Operasi Dynamo tersebut kemudian ditahbiskan sebagai evakuasi militer terbesar sepanjang sejarah. Sebaliknya, bagi Jerman, kegagalan membantai 400.000 tentara Sekutu di Dunkirk dianggap sebagai blunder pertama yang dilakukan oleh Adolf Hitler, yang lebih memilih serangan dari udara daripada menggempur lewat darat dengan pasukan tank-nya.

Saat diwawancarai, Christopher Nolan mengaku heran peristiwa sedahsyat Dunkirk belum pernah diangkat ke layar lebar oleh studio-studio film besar di Hollywood. Sebagai orang Inggris, Nolan sudah mengetahui kisah tersebut karena diceritakan turun-temurun di kalangan masyarakat. Bahkan, bersama dengan istrinya, dia pernah menyeberangi Selat English Channel dengan menggunakan kapal kecil menuju ke Dunkirk sekitar 20 tahun yang lalu.

Sebelum diproduksi oleh Nolan, kisah Dunkirk sebenarnya sudah pernah difilmkan pada tahun 1959. Namun, yang menggarap adalah studio kecil dengan bujet minimalis. Ceritanya didasarkan pada novel The Big Pick-up (Elleston Trevor) dan Dunkirk karya Letkol Ewan Hunter dan Mayor J. S. Bradford.

Karena minimnya dana, salah satu adegan ledakan dalam film Dunkirk jadul tersebut diambil dari film lain, yaitu The Cruel Sea (1953). Bahkan, masker gas yang digunakan oleh para pemainnya merupakan masker bekas yang dibagikan oleh pemerintah Inggris pada masa Perang Dunia II.

Selain versi filmnya, sejatinya, BBC juga pernah menayangkan serial televisi Dunkirk yang terdiri dari tiga episode pada tahun 2004. Namun, formatnya adalah docudrama, alias drama dokumenter, dengan menggabungkan video rekaman asli, reka ulang, dan wawancara dengan para saksi yang masih hidup.

Christopher Nolan sendiri menyatakan bahwa film Dunkirk garapannya ini bukanlah film perang, melainkan survival movie. Film tentang kisah perjuangan untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, meski menyajikan intensitas yang tinggi, adegan yang ditampilkan tidak terlalu berdarah-darah.

Nolan memang sengaja memilih sudut pandang yang berbeda dalam membesut Dunkirk. Dia lebih menekankan pada sisi humanisme yang kental. Tidak banyak dialog yang ditampilkan. Dia juga membagi ceritanya menjadi tiga timeline: sepekan di pantai, sehari di laut, dan sejam di udara.

Meski minim dialog, Nolan menjamin Dunkirk tidak akan garing. Setiap adegannya bakal lebih hidup karena diiringi oleh musik karya komposer ternama, Hans Zimmer. Selain itu, dia menyajikan film ini dengan format klasik 70 mm dan melakukan syuting dengan kamera IMAX 2D.

Nolan selama ini memang tidak terlalu menyukai proyektor digital. Dia termasuk tipe sutradara klasik dengan teknik kuno. Namun, film yang dia hasilkan selalu dramatis dengan gambar yang terlihat detail, berwarna, dan tajam.

Demi menjaga keaslian cerita, Nolan juga melakukan syuting di lokasi aslinya. Yaitu, di Dunkirk, Prancis. Berbeda dengan studio-studio Hollywood yang biasanya suka menggunakan lokasi pengganti saat melakukan pengambilan gambar.

Totalitas Nolan memang sudah dikenal sejak dulu. Saat menggarap proyek Interstellar (2014), dia bersama timnya sampai menonton rekaman IMAX tentang luar angkasa selama berjam-jam, demi bisa menciptakan suasana yang realistis dalam film sci-fi yang mind-blowing tersebut.

Bahkan, saat membesut Dunkirk, Nolan sampai menghabiskan duit USD 5 juta hanya demi membeli sebuah pesawat bekas Perang Dunia II yang langka, yang ternyata untuk dia ledakkan dalam sebuah adegan. Iya, suami Emma Thomas tersebut memang tidak pernah setengah-setengah dalam membuat film.

Selain dibesut Chris Nolan, yang membuat Dunkirk menarik adalah tampilnya Harry Styles sebagai salah satu aktor utamanya. Film ini sekaligus menjadi debut bagi pentolan boy band One Direction tersebut di dunia akting.

Meski tergolong aktor pemula, keterlibatan Harry Styles dalam film Dunkirk cukup membuat gaduh. Lokasi syutingnya selalu dipenuhi oleh para cewek fans One Direction yang dikenal sangat fanatik. Harry pun sampai menyewa bodyguard untuk melindunginya dari serbuan para penggemar.

Uniknya, saat melakukan casting dulu, Christopher Nolan mengaku tidak kenal siapa itu Harry Styles. Jadi, dia lolos audisi dan menyisihkan ratusan kandidat lainnya bukan karena popularitasnya, tapi karena Nolan kagum dengan aktingnya saat membacakan naskah film Dunkirk.

Nolan akhirnya sadar siapa itu Harry Styles setelah diberitahu oleh putri-putrinya, yang merupakan fans One Direction. Menurutnya, pemilihan Harry di Dunkirk ini mengingatkannya pada almarhum Heath Ledger, yang tampil luar biasa hebat sebagai The Joker di The Dark Knight (2008).

Benarkah akting Harry Styles memang sedahsyat Heath Ledger? Yang pasti, setelah menonton world premiere Dunkirk di Odeon Leicester Square, London, pada 13 Juli 2017 yang lalu, para kritikus memuji akting cowok yang baru berusia 23 tahun tersebut.

Harry dianggap tidak hanya berperan sebagai pemanis layar dengan kegantengannya. Namun, dia juga mampu mencuri perhatian lewat aktingnya yang memukau. Padahal, karakter tentara Inggris bernama Alex yang dia perankan merupakan karakter yang paling rumit dalam film Dunkirk.

Selain Harry Styles, Dunkirk juga diperkuat oleh aktor muda pendatang baru, Fionn Whitehead. Tidak banyak yang mengenal bocah asli London yang baru berusia 20 tahun tersebut. Yang mengejutkan, Christopher Nolan memberinya peran sebagai tokoh utama, seorang tentara Inggris bernama Tommy.

Meski mengandalkan dua aktor bau kencur sebagai pemeran utamanya, bukan berarti Dunkirk ini sepi bintang. Tercatat, beberapa nama beken dan kawakan ada di dalam daftar pemainnya. Sebut saja Jack Lowden, James D'Arcy, Kenneth Branagh, Mark Rylance, Cillian Murphy, dan Tom Hardy.

Bagi Murphy dan Hardy, Dunkirk adalah film ketiga mereka main bareng setelah Inception (2010) dan The Dark Knight Rises (2012). Menariknya, ketiga film tadi dibesut oleh Christopher Nolan. Tampaknya, kedua aktor tersebut adalah kesayangan sang sutradara.

Dengan bujet besar, mencapai USD 150 juta, Dunkirk, tentu saja, diharapkan bisa sukses di box office seperti film-film Christopher Nolan sebelumnya. Sejauh ini, setelah menonton world premiere pekan lalu, para kritikus memuji setinggi langit film berdurasi 106 menit ini.

Dunkirk dianggap sebagai masterpiece, alias mahakarya, dari Christopher Nolan. Bahkan, banyak di antara para kritikus yang berani menjagokannya sebagai salah satu kandidat best picture dalam ajang Academy Awards 2018!

Jika Dunkirk benar-benar menjadi film terbaik tahun depan, itu bakal menjadi sejarah. Terakhir kali ada film blockbuster berbujet besar yang mampu menyabet Piala Oscar adalah The Lord of the Rings: The Return of the King (2003) besutan Peter Jackson. Apakah Christopher Nolan bisa mengikuti jejaknya?

***

Dunkirk

Sutradara: Christopher Nolan
Produser: Emma Thomas, Christopher Nolan
Penulis Skenario: Christopher Nolan
Pemain: Fionn Whitehead, Tom Glynn-Carney, Jack Lowden, Harry Styles, Aneurin Barnard, James D'Arcy, Barry Keoghan, Kenneth Branagh, Cillian Murphy, Mark Rylance, Tom Hardy
Musik: Hans Zimmer
Sinematografi: Hoyte van Hoytema
Penyunting: Lee Smith
Produksi: Syncopy Inc.
Distributor: Warner Bros. Pictures
Durasi: 106 menit
Budget: USD 150 juta
Rilis: 13 Juli 2017 (Odeon Leicester Square), 21 Juli 2017 (Amerika Serika & Indonesia)

Rating (hingga 21 Juli 2017)
IMDb: 9/10
Rotten Tomatoes: 93%
Metacritic: 94/100


Preview Film: Baywatch (2017)


Salah satu serial televisi yang paling ditunggu-tunggu oleh para cowok generasi tahun 1990-an adalah Baywatch. Adegan slow motion Pamela Anderson berlari di bibir pantai memakai one piece merahnya, dengan (maaf) buah dada gondal-gandul, memang priceless sekali. Apalagi, saat itu belum ada KPI yang tanpa pandang bulu nge-blur belahan dada seperti sekarang.

Setelah mengudara selama 12 musim, sejak tahun 1989, serial tentang para lifeguard itu memang akhirnya tamat pada tahun 2001. Seiring dengan melorotnya pamor Pamela Anderson dan David Hasselhoff yang semakin menua.

Namun, tahun ini, setelah hampir dua dekade, para fans Baywatch boleh bergembira. Dan bernostalgia. Sebuah film tentang para penjaga pantai itu dirilis di layar lebar. Bintangnya pun bukan main-main. Yaitu, Dwayne "The Rock" Johnson. Aktor dengan penghasilan tertinggi di Hollywood saat ini.

Mantan pegulat smackdown tersebut memerankan tokoh utama Baywatch, yaitu Lt. Mitch Buchannon. Pemimpin para lifeguard itu dulu sangat identik dengan David "Knight Rider" Hasselhoff, yang selama 12 tahun memerankan karakter tersebut di serial televisinya.

Sementara itu, sosok Casey Jean "C. J." Parker, yang dulu identik dengan Pamela Anderson, kali ini diperankan oleh Kelly Rohrbach. Begitu juga dengan Summer Quinn, yang dulu diperankan oleh Nicole Eggert, di versi layar lebarnya ini dimainkan oleh aktris supersexy, Alexandra Daddario.

Hampir semua karakter di versi film ini memang merujuk pada serial Baywatch. Selain Mitch, C. J., dan Summer, juga muncul Stephanie Holden (Ilfenesh Hadera), Matt Brody (Zac Efron) dan Garner Ellerbee (Yahya Abdul-Mateen II), yang dulu diperankan oleh Alexandra Paul, David Charvet dan Gregory Alan Williams.

Satu-satunya karakter baru di film Baywatch adalah Victoria Leeds. Namun, sosok yang diperankan oleh Priyanka Chopra tersebut bukan penjaga pantai, melainkan tokoh antagonis yang bakal menjadi lawan Mitch dkk.

Hal lain yang menjadi pembeda antara Baywatch versi film dan serial televisi adalah setting-nya. Dulu, para lifeguard tersebut bertugas menjaga pantai Malibu di Los Angeles County, California. Kini, Mitch dan timnya berlokasi di Emerald Bay, Florida.

Dibantu oleh wakilnya, Stephanie Holden, dan lifeguard senior, C. J. Parker, Mitch Buchannon telah menyelamatkan ratusan nyawa pengunjung pantai dari bahaya. Orang-orang sangat menyukainya dan dia sangat mencintai pekerjaannya. Mitch pun dikenal sebagai penjaga pantai legendaris di Emerald Bay.

Namun, kekompakan tim lifeguard yang dipimpin oleh Mitch kemudian terusik setelah kedatangan anggota baru yang urakan, Matt Brody. Sebagai mantan atlet renang yang pernah meraih dua medali emas Olimpiade, sikapnya sangat arogan dan cenderung tidak menghormati Mitch.

Brody dihukum menjadi penjaga pantai setelah mempermalukan tim renangnya saat pertandingan. Mitch pun ditantang untuk menjinakkan anak buah barunya yang bengal, tapi sebenarnya berhati baik tersebut.

Permasalahan yang dihadapi oleh Mitch menjadi semakin pelik setelah pantai yang menjadi daerah pengawasannya mulai dimasuki oleh pengedar obat-obatan terlarang. Adalah Victoria Leeds, sosok yang menjadi biangnya dengan membuka bisnis haram berkedok bar di kawasan Emerald Bay.

Mitch, Brody, dan kawan-kawan pun harus bekerja sama untuk membongkar kebusukan Victoria. Susahnya, mereka sering dihalang-halangi oleh pihak kepolisian yang mempertanyakan kewenangan lifeguard yang hanya sebagai penjaga pantai. Mampukah tim Baywatch mengembalikan ketentraman di Teluk Emerald?

Kehadiran Priyanka Chopra, meski sebagai tokoh antagonis, di film berdurasi 116 menit ini memang sangat ditunggu-tunggu. Sebagai pemenang Miss World tahun 2000, kecantikan bintang serial Quantico itu bakal semakin menyegarkan Baywatch yang selalu dipenuhi oleh cewek-cewek sexy.

Berbeda dengan versi serialnya yang bergenre action drama, sutradara Seth Gordon menggarap film Baywatch ini dengan menambahkan unsur komedi yang kental. Di samping menyajikan pemandangan pantai, bikini, dan aksi penyelamatan yang heroik, Gordon juga menampilkan banyak adegan humor yang bakal mengundang gelak tawa para penonton.

Karakter Mitch Buchannon, yang dulu diperankan David Hasselhoff, kini juga jauh lebih kekar. Penampilan The Rock memang sangat meyakinkan sebagai sosok penjaga pantai yang kuat, gesit dan cekatan. Bintang franchise Fast & Furious itu bisa memenuhi harapan para penonton dan merupakan aktor yang tepat untuk memerankan pemimpin para lifeguard.

Oh, ya. Di Baywatch versi film ini, David Hasselhoff dan Pamela Anderson juga bakal muncul. Mungkin, hanya sebagai cameo. Hal ini, tentu saja, akan membuat para fans semakin bernostalgia.

Sayangnya, setelah dirilis di Amerika Serikat pada 25 Mei 2017 yang lalu, Baywatch gagal mendapat respon positif dari para kritikus. Kehadiran The Rock, yang biasanya laris ditonton, juga tidak mampu membuat film burbujet USD 69 juta ini sukses di box office. Hingga kini, Baywatch baru mengumpulkan pemasukan USD 164 juta.

Meski demikian, pihak produser, kabarnya, sudah mempersiapkan sekuelnya. Hasil yang kurang memuaskan di film pertama ini, tampaknya, tidak membuat Paramount Pictures kapok. Apalagi, The Rock dan Zac Efron, selaku dua bintang utama, sepertinya, juga siap kembali tampil di Baywatch jilid kedua.

***

Baywatch

Sutradara: Seth Gordon
Produser: Ivan Reitman, Michael Berk, Douglas Schwartz, Gregory J. Bonann, Beau Flynn
Penulis Skenario: Damian Shannon, Mark Swift
Pengarang Cerita: Jay Scherick, David Ronn, Thomas Lennon, Robert Ben Garant
Berdasarkan: Baywatch by Michael Berk, Douglas Schwartz, Gregory J. Bonann
Pemain: Dwayne Johnson, Zac Efron, Priyanka Chopra, Alexandra Daddario, Jon Bass, David Hasselhoff
Musik: Christopher Lennertz
Sinematografi: Eric Steelberg
Penyunting: Peter S. Elliot
Produksi: Paramount Pictures, Contrafilm, The Montecito Picture Company, Vinson Pictures, Seven Bucks Productions, Flynn Company, Cold Spring Pictures
Distributor: Paramount Pictures
Durasi: 116 menit
Budget: USD 69 juta
Rilis: 13 Mei 2017 (Miami), 25 Mei 2017 (Amerika Serikat), 19 Juli 2017 (Indonesia)

Rating (hingga 19 Juli 2017)
IMDb: 5,8/10
Rotten Tomatoes: 19%
Metacritic: 37/100
CinemaScore: B+


Preview Film: The Crucifixion (2017)


Tema eksorsisme, alias pengusiran roh jahat yang merasuki tubuh manusia, masih menjadi tema favorit dari berbagai film horror. Yang paling legendaris, tentu saja, adalah The Exorcist (1973), yang diadaptasi dari novel berjudul sama, terbitan tahun 1971, karya William Peter Blatty.

Lalu, dalam empat tahun terakhir, para moviemania dihibur, sekaligus dibuat merinding (ngeri-ngeri sedap, pokoknya), oleh James Wan. Lewat mahakaryanya, franchise The Conjuring (2013) dan The Conjuring 2 (2016), sutradara asal Malaysia itu mengadaptasi kisah nyata pasangan pengusir setan, Ed dan Lorraine Warren, yang sangat inspiratif.

Tahun ini, sebelum menikmati kengerian Annabelle: Creation, yang merupakan spin-off dari The Conjuring, para horrormania akan lebih dahulu dihibur oleh The Crucifixion. Film besutan sutradara Xavier Gens itu mulai tayang di bioskop-bioskop Cinema 21 Indonesia pada hari Selasa (18/7) ini.

Kisah The Crucifixion sendiri, kabarnya, diangkat dari kejadian nyata. Ber-setting di negeri para vampire, Rumania, pada tahun 2004. Tentang seorang pastor bernama Romo Anton Dimitru (Corneliu Ulici) yang kerap melakukan praktik eksorsisme. Dalam sebulan, dia bisa melakukan 10 kali pengusiran setan.

Suatu ketika, Romo Anton menghadapi sebuah kasus berat. Dia harus mengusir setan yang merasuki tubuh Suster Adeline Marinescu (Olivia Nita). Malangnya, nyawa sang suster akhirnya tak bisa diselamatkan.

Uskup Gornik (Matthew Zajac), yang mengetahui praktik eksorsisme tersebut, menyalahkan tindakan Romo Anton. Bersama sejumlah suster yang telah membantunya, sang pastor dituduh telah membunuh Adeline dan kemudian dijebloskan ke penjara.

Kasus kematian Suster Adeline yang misterius itu lantas menjadi buah bibir di Rumania. Seorang reporter sexy bernama Nicole Rawlins (Sophie Cookson) kemudian berusaha untuk menginvestigasinya. Semacam Aiman Witjaksono kalau di KompasTV.

Nicole pun mulai mewawancarai orang-orang yang terlibat dalam kasus tersebut, yaitu Romo Anton, Suster Vaduva (Brittany Ashworth) dan abang Adeline, Stefan Marinescu (Ivan Gonzalez). Sang pastor, tentu saja, langsung menyangkal tuduhan telah membunuh sang biarawati. Menurutnya, Suster Adeline tewas saat dia melakukan praktik eksorsisme.

Sebagai seorang jurnalis yang gigih, Nicole terus menggali fakta. Namun, hal tersebut juga mendatangkan sejumlah konsekuensi. Semakin dekat dengan Romo Anton, semakin banyak kejadian ganjil yang dia alami. Nicole pun mulai percaya bahwa sang pastor memang sedang berjuang untuk melawan iblis!

Setelah diputar di beberapa negara, termasuk tayang midnight di Indonesia mulai beberapa pekan yang lalu, para pengamat banyak memuji sinematografi The Crucifixion yang kabarnya bagus. Apalagi, hal tersebut juga ditunjang oleh pemandangan alam Rumania yang memang indah.

Sutradara Xavier Gens yang berasal dari Prancis, tampaknya, berupaya menghadirkan sebuah film horror yang puitis dengan momen-momen yang memanjakan mata. Berbeda dengan film-film horror pada umumnya yang kerap meneror penonton dengan visualisasi yang menyeramkan.

Namun, kekaleman sutradara Xavier Gens itu juga membuat The Crucifixion menjadi sebuah film horror yang tanggung. Penampakan setannya dianggap kurang seram dan sisi psychological thriller-nya juga kurang menegangkan.

Meski demikian, bagi para horrormania, tidak ada salahnya untuk menonton film berdurasi 92 menit ini. Kabarnya, ada beberapa adegan dalam The Crucifixion yang cukup membuat merinding. Terutama, pada saat Suster Adeline kerasukan setan..

***

The Crucifixion

Sutradara: Xavier Gens
Produser: Leon Clarance, Peter Safran
Penulis Skenario: Chad Hayes, Carey Hayes
Pemain: Sophie Cookson, Corneliu Ulici, Brittany Ashworth, Matthew Zajac, Diana Vladu
Musik: David Julyan
Sinematografi: Daniel Aranyo
Produksi: Motion Picture Capital
Durasi: 92 menit
Rilis: 18 Juli 2017 (Indonesia)

Rating (hingga 18 Juli 2017)
IMDb: 5,2/10

Preview Film: The Bleeder (2016)


Tidak banyak yang mengenal Charles Wepner. Bahkan, bagi para penggemar tinju, nama tersebut mungkin tergolong asing dan jarang terdengar. Padahal, pada tahun 1975, pria yang akrab dipanggil Chuck itu sempat membuat heboh setelah mampu menjatuhkan Muhammad Ali, juara dunia tinju kelas berat terbaik sepanjang masa.

Ali akhirnya memang berhasil bangkit kembali setelah jatuh pada ronde kesembilan tersebut. Kemudian, balik menghajar Wepner hingga TKO, alias technical knock-out, saat ronde terakhir, alias ronde ke-15, hanya menyisakan waktu 19 detik.

Usai laga, Ali juga menyatakan bahwa dirinya jatuh pada ronde kesembilan tadi gara-gara kakinya diinjak Wepner. Namun, apapun alasan petinju berjuluk si Mulut Besar tersebut, sosok Charles "Chuck" Wepner bakal selalu dikenang sebagai salah satu lawan yang pernah menjungkalkannya.

Kisah Wepner di atas, konon, menginspirasi Sylvester Stallone untuk membuat film Rocky (1976), yang akhirnya berkembang menjadi franchise film tinju paling legendaris sepanjang masa. Namun, hingga kini, Stallone tidak pernah mengakui bahwa karakter Rocky yang dia ciptakan itu terinspirasi dari sosok Chuck.

Jika dilihat dari plotnya, kisah Rocky Balboa (Sylvester Stallone), sepintas, memang mirip dengan perjalanan hidup Chuck Wepner. Semula, Rocky adalah petinju amatir, yang kemudian menjadi terkenal setelah merebut sabuk gelar juara dunia tinju kelas berat dari tangan Apollo Creed (Carl Weathers).

Begitu pula dengan Chuck Wepner. Awalnya, dia hanya seorang petinju biasa. Tidak istimewa. Sempat keok juga saat menghadapi George Foreman dan Sonny Liston, dua petinju yang pernah ditaklukkan The Greatest, Muhammad Ali. Namun, kegigihan Chuck Wepner, yang "bukan siapa-siapa", akhirnya mendapat pengakuan setelah mampu bertahan nyaris selama 15 ronde menghadapi gempuran Ali.

Kisah nyata perjuangan Wepner itulah yang diangkat ke layar lebe dalam film The Bleeder (di Amerika Serikat beredar dengan judul Chuck) yang dibintangi oleh Liev Schreiber. Tajuk The Bleeder sendiri diambil dari julukan Wepner saat masih aktif bertinju, The Bayonne Bleeder.

Bayonne adalah nama sebuah kawasan di New Jersey, tempat Wepner muda belajar bertarung sebagai petinju jalanan. Dilahirkan pada 26 Februari 1939 di New York City, dari keluarga keturunan Jerman, Ukraina, dan Belarusia, Chuck hidup susah dan melarat sejak kecil.

Setelah sempat bergabung sebagai tentara dalam US Marine Corps, Chuck akhirnya menjadi petinju profesional pada 1964. Julukan "The Bayonne Bleeder" kemudian disematkan setelah ia melakoni beberapa pertarungan berdarah di atas ring tinju.

Kini, Chuck, yang masih bugar di usianya yang menginjak 78 tahun, juga menyandang julukan The Real "Rocky". Meski Sylvester Stallone tetap tidak mengakui, banyak pihak yang yakin bahwa karakter Rocky Balboa memang terinspirasi dari kisah nyata Chuck.

Dalam film The Bleeder, karakter Stallone muda juga bakal muncul dan diperankan oleh Morgan Spector. Dikisahkan, dia menulis naskah film Rocky setelah menonton pertandingan Chuck Wepner melawan Muhammad Ali pada 1975.

Hal lain yang menarik, dalam film ini, sang aktor utama Liev Schreiber beradu akting dengan mantan pasangan kumpul kebonya, si cantik Naomi Watts. Saat menjalani syuting The Bleeder pada 2015, pasangan yang sudah dikaruniai dua anak itu memang belum berpisah. Mereka baru putus setahun kemudian.

Dalam film yang mulai tayang di bioskop-bioskop Cinemaxx Theater dan CGV Cinemas Indonesia pada hari Rabu (12/7) ini, Naomi Watts berperan sebagai Linda, istri ketiga Chuck. Iya, layaknya artis, Wepner memang doyan kawin-cerai.

Selain Linda, The Bleeder juga menampilkan Phyliss, istri kedua Wepner, yang diperankan oleh Elisabeth Moss. Sementara itu, istri pertamanya tidak disebut-sebut.

Seperti halnya Rocky (1976), Ali (2001), Million Dollar Baby (2004), Cinderella Man (2005), The Fighter (2010), dan Bleed for This (2016), The Bleeder tampaknya juga menjadi salah satu film bertema tinju yang layak untuk ditonton. Setelah tayang perdana di Venice Film Festival pada 2 September 2016 dan dirilis di Amerika Serikat pada 5 Mei 2017, sejumlah kritikus dan situs review memberi respon cukup positif untuk film garapan Philippe Falardeau ini.

***

The Bleeder

Sutradara: Philippe Falardeau
Produser: Christa Campbell, Lati Grobman, Carl Hampe, Liev Schreiber, Michael Tollin
Penulis Skenario: Jeff Feuerzeig, Jerry Stahl
Pemain: Liev Schreiber, Elisabeth Moss, Ron Perlman, Naomi Watts, Jim Gaffigan, Michael Rapaport
Musik: Corey Allen Jackson
Sinematografi: Nicolas Bolduc
Penyunting: Richard Comeau
Produksi: Millenium Films, Campbell-Grobman Films, Mike Tollin Productions
Distributor: IFC Films
Durasi: 101 menit
Rilis: 2 September 2016 (Venice), 5 Mei 2017 (Amerika Serikat), 12 Juli 2017 (Indonesia)

Rating (hingga 13 Juli 2017)
IMDb: 6,8/10
Rotten Tomatoes: 79%
Metacritic: 71/100

Preview Film: Despicable Me 3 (2017)


Sejak dirilis pertama kali pada tahun 2010, Despicable Me, yang produksi oleh Illumination Entertainment, langsung memikat perhatian para moviemania. Kisah yang dikarang oleh Sergio Pablos itu kemudian berubah menjadi salah satu franchise film animasi tersukses sepanjang sejarah.

Dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir, setidaknya, sudah ada empat film layar lebar dan sepuluh film pendek yang dirilis. Yang terbaru adalah Despicable Me 3, yang mulai tayang di bioskop-bioskop Indonesia pada hari Rabu (12/7) ini.

Penayangan Despicable Me 3 di sini memang sedikit terlambat karena berbarengan dengan momen Lebaran. Di Amerika Utara, Gru dan para minion pengikutnya sudah lebih dulu dirilis sejak akhir bulan Juni yang lalu.

Kisahnya masih merupakan lanjutan dari dua film sebelumnya, Despicable Me (2010) dan Despicable Me 2 (2013). Felonious Gru, yang suaranya diisi oleh Steve Carell, masih menjadi tokoh utamanya.

Bedanya, kali ini, Gru bukan lagi jones, alias jomblo ngenes. Dia sudah mengawini Lucy Wilde (Kristen Wiig), setelah berkencan 147 kali, dan hidup bersama tiga anak angkatnya: Margo (Miranda Cosgrove), Edith (Dana Gaier) dan Agnes (Nev Scharrel).

Bisa dibilang, Gru, yang mantan penjahat itu, sekaligus boss dari para minion, sekarang sudah berubah menjadi family man. Setiap malam, dia tidak pernah lupa membacakan dongeng bagi ketiga putri asuhnya.

Namun, kehidupan tenang keluarga Gru tidak bertahan lama. Kali ini, muncul supervillain baru, bernama Balthazar Bratt (Trey Parker), yang siap mengusik kebahagiaan Gru bersama istrinya, yang juga mantan agen rahasia itu.

Balthazar sendiri sebenarnya merupakan bekas bintang cilik di era 1980-an. Seiring dengan bertambahnya umur dan faktor pubertas, popularitasnya menurun drastis. Balthazar kemudian berniat membalas dendam terhadap Hollywood yang sudah membuatnya tidak laku lagi.

Selain harus menghadapi musuh baru yang aneh, Gru juga harus mengatasi saudara kembarnya, Dru (suaranya juga diisi oleh Steve Carell), yang tiba-tiba muncul dalam kehidupannya.

Wajah Dru serupa dengan Gru. Hanya saja, dia tidak botak dan memiliki rambut yang modelnya mirip dengan Donald Trump. Sepertinya, karakter baru ini memang ditujukan sebagai parodi dari Presiden Amerika Serikat tersebut.

Kostum Dru juga serba putih. Beda dengan Gru yang serba hitam. Misinya adalah mengembalikan Gru, yang sudah bertobat, sebagai penjahat seperti anggota keluarga mereka lainnya. Bagaimana kelanjutan dari hubungan dua saudara kembar ini?

Btw, saat diwawancarai, Steve Carell, yang mengisi suara Gru dan Dru, menyatakan bahwa Despicable Me 3 ini adalah kali terakhir dia menjadi pengisi suara. Meski demikian, Carell mengaku nggak akan menolak seandainya diminta menjadi cameo dalam sekuel Minions yang rencananya dirilis pada tahun 2020 mendatang.

Di lain pihak, suara anak angkat Gru yang paling kecil, Agnes, di film ketiga ini diisi oleh Nev Scharrel. Suara dubber di dua film sebelumnya, Elsie Fisher, dianggap tidak lagi cocok karena Agnes sudah agak besar.

Bagi para penonton dewasa, salah satu hal yang menarik dari Despicable Me 3 adalah soundtrack-nya. Banyak lagu-lagu terkenal dari era 1980-an yang muncul, antara lain Bad-nya Michael Jackson dan Into the Groove yang dipopulerkan oleh Madonna.

Sementara itu, seperti franchise-franchise lainnya, Despicable Me 3 juga harus berupaya keras untuk menyamai kesuksesan film-film pendahulunya di box office. Apalagi, bujet yang dihabiskan untuk membuat film berdurasi 90 menit ini cukup besar. Mencapai USD 80 juta.

Setelah tayang hampir dua pekan, sejauh ini, Despicable Me 3 baru mengumpulkan pemasukan USD 450 juta. Masih di bawah film pertama dan kedua yang masing-masing berhasil meraup USD 546 juta dan USD 975 juta.

Alur cerita yang cukup rumit dan penonton yang mulai jenuh ditengarai menjadi penyebab Despicable Me 3 sulit mengalahkan capaian dua film pendahulunya. Film ketiga ini menggabungkan banyak sekali elemen yang berpotensi membingungkan. Padahal, para penonton menyukai plot yang sederhana, tapi kuat.

Di Despicable Me 3, setiap tokoh sepertinya memang punya cerita sendiri-sendiri. Gru harus menghadapi saudara kembarnya, Dru. Lucy ingin menjadi istri dan ibu rumah tangga yang baik. Agnes, si bungsu yang lucu itu, sibuk mencari unicorn.

Tak ketinggalan, para minion, yang suaranya diisi oleh sang sutradara, Pierre Coffin, selalu bikin ulah dan ingin terkenal. Makhluk-makhluk mungil berwarna kuning itu sampai mengikuti kontes pencarian bakat hingga membuat kekacauan di dalam penjara.

Sejumlah situs review pun memberi rating tidak sebaik dua film sebelumnya yang mendapat respon positif. Menurut para kritikus, satu-satunya yang masih menghibur dari franchise rilisan Universal Pictures ini adalah penampilan para minion dengan segala tingkah absurd mereka.

***

Despicable Me 3

Sutradara: Pierre Coffin, Kyle Balda
Produser: Chris Meledandri, Janet Healy
Penulis Skenario: Cinco Paul, Ken Daurio
Berdasarkan: Para karakter ciptaan Sergio Pablos
Pemain: Steve Carell, Kristen Wiig, Trey Parker, Miranda Cosgrove, Steve Coogan, Jenny Slate, Dana Gaier, Julie Andrews
Musik: Heitor Pereira, Pharrell Williams
Penyunting: Claire Dodgson
Produksi: Universal Pictures, Illumination Entertainment
Distributor: Universal Pictures
Durasi: 90 menit
Budget: USD 80 juta
Rilis: 14 Juni 2017 (Annecy), 30 Juni 2017 (Amerika Serikat), 12 Juli 2017 (Indonesia)

Rating (hingga 12 Juli 2017)
IMDb: 6,4/10
Rotten Tomatoes: 61%
Metacritic: 48/100
CinemaScore: A-


Preview Film: Spooks: The Greater Good (2015)


Popularitas karakter agen rahasia asal Inggris, James Bond, rekaan Ian Fleming, membuat nama Secret Intelligence Service (SIS), atau yang lebih dikenal dengan sebutan MI6 (Military Intelligence, Section 6), ikut terangkat. Bahkan, jauh lebih populer daripada "saudara"-nya, Security Service, alias MI5 (Military Intelligence, Section 5).

Sejatinya, MI6 merupakan dinas rahasia milik pemerintah Inggris yang bertugas mengurusi masalah luar negeri. Sementara itu, wilayah kerja MI5 adalah menangani masalah keamanan domestik, alias dalam negeri. Meski tidak apple-to-apple, bisa dibilang, MI5 dan MI6 ini semacam FBI dan CIA di Amerika Serikat.

Pada tahun 2002 yang lalu, untuk mengangkat popularitas MI5 yang kalah dari MI6, sempat dibuat serial televisi berjudul Spooks (di beberapa negara beredar dengan judul MI-5). Tak dinyana, TV series yang ditayangkan oleh BBC One ini cukup sukses dan bisa bertahan hingga 10 musim (baru berakhir pada tahun 2011).

Untuk melanjutkan kesuksesan serial mata-mata tersebut, Pinewood Pictures berniat mengangkatnya ke layar lebar pada bulan November 2013. Namun, bujet yang terbatas membuat proses produksi baru bisa dilakukan pada bulan Maret 2014. Seperti halnya James Bond, lokasi syuting film berjudul Spooks: The Greater Good ini mengambil tempat di berbagai belahan dunia, antara lain di Berlin, Moscow, Isle of Man, London, dan Pinewood Studios sendiri.

Sebagai aktor utama, Spooks versi layar lebar mengusung Kit Harington. Pemeran Jon Snow dalam serial televisi populer Game of Thrones tersebut beradu akting dengan Jennifer Ehle, yang memerankan karakter Geraldine Maltby, Deputy Director-General dari MI5.

Selain itu, Spooks juga kembali diperkuat oleh Peter Firth, yang memerankan sosok Harry Pearce, kepala departemen counter-terrorism (Section D) di MI5. Berbeda dengan Kit Harington dan Jennifer Ehle yang baru membintangi versi filmnya, Firth merupakan aktor utama dalam versi serialnya. Selama 10 season, karakter Harry Pearce selalu muncul di serial Spooks.

Kisah dari versi layar lebar Spooks sendiri mengambil setting waktu beberapa tahun setelah ending dari versi serialnya. Harry Pearce masih menjadi kepala densus anti-teror di MI5. Kali ini, dia harus bekerja sama dengan mantan anak didiknya, Will Holloway (Kit Harington), untuk menghentikan aksi gembong teroris karismatik, Adem Qasim (Elyes Gabel), yang berencana meledakkan sebuah bom di London.

Film berdurasi 104 menit ini sebenarnya sudah tayang di Inggris pada 8 Mei 2015 silam. Namun, baru diputar di bioskop-bioskop Cinema 21 Indonesia mulai hari Selasa (11/7) ini. Sayangnya, sejumlah situs review memberi rating kurang positif. Menurut beberapa kritikus, mungkin, bakal lebih baik jika Spooks: The Greater Good ditayangkan sebagai FTV, alias film televisi, daripada dirilis di layar lebar.

***

Spooks: The Greater Good

Sutradara: Bharat Nalluri
Produser: Jane Featherstone
Penulis Skenario: Jonathan Brackley, Sam Vincent
Pemain: Peter Firth, Kit Harington, Jennifer Ehle
Musik: Dominic Lewis
Sinematografi: Hubert Taczanowski
Penyunting: Jamie Pearson
Produksi: Isle of Man Film, Kudos Film and Television, Pinewood Pictures
Distributor: 20th Century Fox, Saban Films (Amerika Serikat)
Durasi: 104 menit
Rilis: 8 Mei 2015 (Inggris), 4 Desember 2015 (Amerika Serikat), 11 Juli 2017 (Indonesia)

Rating (hingga 11 Juli 2017)
IMDb: 6,2/10
Rotten Tomatoes: 62%
Metacritic: 47/100


Preview Film: Spider-Man: Homecoming (2017)


Sejak muncul di Captain America: Civil War tahun lalu, Spider-Man langsung menyita perhatian. Meski hanya tampil sebentar, sosok superhero ababil yang diperankan oleh Tom Holland itu mampu memikat hati para penonton dengan keluguan dan kelucuannya.

Dibandingkan para anggota Avengers lainnya, Spider-Man memang menjadi superhero paling baru dan paling muda. Alter ego Peter Parker tersebut dikisahkan masih berusia 15 tahun dan duduk di bangku SMA.

Setelah hanya menjadi cameo, tahun ini, Spider-Man akhirnya mendapatkan film solonya sendiri. Si Bocah Laba-Laba itu bakal tampil sendirian, tanpa The Avengers, dalam Spider-Man: Homecoming, yang mulai tayang di bioskop-bioskop Indonesia pada hari Rabu (5/7) ini.

Well, dibilang sendirian, sebenarnya, nggak sendiri-sendiri amat juga, sih. Karena, di film produksi Marvel Studios ini, Spider-Man selalu dibayangi oleh "baby-sitter"-nya, yaitu Tony Stark aka Iron Man (Robert Downey Jr.).

Diberi subjudul Homecoming, karena baru kali inilah Spider-Man benar-benar "pulang". Sang Manusia Laba-Laba akhirnya kembali masuk ke jagad film superhero Marvel, alias Marvel Cinematic Universe.

Sebelum Homecoming, Spider-Man sebenarnya sudah berkali-kali dibuatkan film live-action-nya. Yang paling jadul adalah trilogi Spider-Man (1977), Spider-Man Strikes Back (1978) dan Spider-Man: The Dragon's Challenge (1981), yang dibintangi oleh Nicholas Hammond.

Pada tahun 1999, Sony Pictures, studio asal Jepang yang mengakuisisi Columbia Pictures, berhasil membeli hak untuk memproduksi film-film Spider-Man dari perusahaan komik Marvel, yang saat ini dimiliki oleh The Walt Disney Company. Era baru Sang Manusia Laba-Laba pun dimulai.

Dalam perjalanannya, Sony Pictures mampu menghasilkan lima film yang mengisahkan petualangan Peter Parker. Dimulai dari trilogi Spider-Man (2002-2007), besutan Sam Raimi, yang dibintangi Tobey Maguire, hingga dua film The Amazing Spider-Man (2012-2014) yang mengandalkan Andrew Garfield sebagai aktor utamanya.

Namun, pada bulan Februari 2015, setelah berkali-kali dirayu oleh Disney, Sony akhirnya sepakat untuk bekerja sama membuat film Spider-Man. Karakter superhero yang mendapatkan kekuatan setelah digigit laba-laba itu bisa muncul dalam film-film produksi Marvel Studios yang merupakan anak perusahaan Disney.

Setelah diperkenalkan di Captain America: Civil War (2016), Spider-Man pun resmi "pulang" ke Marvel Cinematic Universe. Untuk film solo pertamanya ini, produksi sepenuhnya berada di tangan Columbia Pictures dan Marvel Studios. Sedangkan, pihak Sony Pictures hanya memegang kendali di bagian distribusi.

Dalam ajang Comic-Con yang dihelat di San Diego pada bulan Juli tahun lalu, boss Marvel Studios Kevin Feige mengaku sangat bangga bisa membawa pulang Spider-Man. Untuk menggarap film reboot manusia laba-laba ini, dia mendatangkan sutradara muda Jon Watts yang sebelumnya berpengalaman menghasilkan Clown (2014) dan Cop Car (2015).

Menurut Watts, Spider-Man: Homecoming garapannya bakal sangat kontras dengan film-film Marvel lainnya karena dia akan menyoroti kehidupan ababil Peter Parker yang baru berusia 15 tahun. Intinya, di film ini, Spider-Man masih di tingkat dasar, alias superhero pemula. Dia bukan playboy dan orang kaya semacam Tony Stark, dan tidak akan melawan ratusan alien sekaligus.

Trailer perdana yang dirilis pada bulan Desember 2016 memberikan gambaran lebih jauh tentang bagaimana sebenarnya sosok Peter Parker. Tampak bahwa dia harus menyeimbangkan antara kehidupan sekolah yang monoton dengan peran sebagai superhero.

Dalam Captain America: Civil War, Tony Stark dikisahkan merekrut Peter Parker untuk bergabung dengan Team Iron Man. Stark kemudian membekali superhero culun itu dengan utility belt dan kostum Spider-Man yang berteknologi canggih serta mampu menembakkan jaring laba-laba.

Peter pun ingin ikut menyelamatkan dunia seperti Iron Man. Namun, Tony Stark menganggapnya masih belum siap dan lebih suka bila Avengers yang menghadapi para penjahat besar. Alhasil, hal tersebut malah membuat Spider-Man ingin membuktikan bahwa dirinya juga mampu mengatasi musuh-musuh yang berbahaya.

Dalam Homecoming ini, yang menjadi lawan utama Spider-Man adalah Vulture, yang diperankan oleh aktor kawakan Michael Keaton. Dalam versi komik, sosok yang bernama asli Adrian Toomes itu merupakan anggota Sinister Six, yaitu kumpulan kriminal yang kabur dari penjara dan berusaha untuk melenyapkan Spider-Man.

Meski sudah cukup uzur, Vulture dikisahkan masih sangat fit dan mematikan. Sebagai seorang ahli teknik mesin, dia mampu merakit sendiri kostum bersayap yang menyeramkan. Dengan harness canggihnya tersebut, Vulture menjadi lebih kuat dan bisa terbang, layaknya burung besi raksasa.

Untuk menghadapi Vulture, Spider-Man, tentu saja, harus mengerahkan segala kemampuannya. Setelah dicupang laba-laba, Peter Parker memang berubah menjadi seorang superhuman dengan kekuatan dan refleks di atas rata-rata manusia biasa. Selain itu, dia juga memiliki spider-sense dan mampu merangkak di dinding.

Dalam trailer-nya, terlihat bahwa Spidey terbaru ini lebih kuat daripada Spider-Man di film-film sebelumnya. Dia tidak hanya melompat dari Monumen Washington dan menahan bus sekolah yang dilempar ke arahnya, tapi juga mampu menyatukan kapal kargo yang patah dengan jaring laba-labanya!

Selain menghadapi lawan yang kejam, Peter Parker di Spider-Man: Homecoming ini juga harus mengatasi masalah yang sering dihadapi oleh para remaja, yaitu cinta monyet di jaman SMA. Cewek yang dia taksir, kali ini, bernama Liz (Laura Harrier), yang sejatinya merupakan kakak kelasnya.

Selain Liz, cewek lain yang bakal mewarnai kehidupan Peter adalah MJ. Namun, MJ di sini bukanlah Mary Jane, melainkan Michelle Jones (Zendaya), seorang cewek kutu buku yang sangat pintar dan intelek, tapi agak jutek terhadap Peter.

Dalam versi komiknya, dua cewek yang identik dengan Spider-Man adalah Gwendolin "Gwen" Stacy dan Mary Jane "MJ" Watson. Gwen, yang di The Amazing Spider-Man (2012-2014) diperankan oleh Emma Stone, adalah cinta pertama Peter Parker di masa SMA.

Setelah Gwen tewas, Peter kemudian menjalin hubungan dengan MJ, yang diperankan oleh Kirsten Dunst di trilogi Spider-Man (2002-2007). Apakah MJ versi baru yang diperankan oleh Zendaya juga bakal menjadi love interest dari Spidey? Entahlah. Yang pasti, dalam Homecoming ini, nama Gwen dan Mary Jane sama sekali tidak pernah disebut oleh sutradara Jon Watts.

Saat diwawancarai, Zendaya mengaku bahwa mendalami karakter MJ terbilang sangat mudah. Sebagai seorang kutu buku, Michelle Jones adalah sosok yang garing dan kikuk. Mirip seperti dirinya. Oleh karena itu, aktingnya nggak susah-susah amat, menurut aktris yang juga seorang penyanyi tersebut.

Selain MJ, tokoh wanita lain yang bakal menarik perhatian di Spider-Man: Homecoming adalah Aunt May. Diperankan oleh aktris setengah baya, Marisa Tomei, Bibi May versi terbaru ini masih sangat cantik dan sexy. Berbeda dengan sosok Bibi May di film-film sebelumnya yang digambarkan sudah tua dan keriput.

Di Homecoming ini, karakter Uncle Ben, suami Bibi May, tidak disebut-sebut. Mungkin, dia sudah meninggal. Padahal, di film-film sebelumnya, Paman Ben adalah sosok pembimbing bagi Peter. Peran sebagai mentor Spider-Man, tampaknya, bakal diemban oleh Tony Stark.

Tanpa Paman Ben, status Bibi May juga bisa dipastikan sebagai janda kembang. Dengan penampilannya yang sangat energik dan hot, tak heran, bermunculan komentar-komentar nakal di dunia maya. Ada yang menjulukinya sebagai Aunt-May-zing hingga Aunt MILF, alias Aunt May I'd Like to.. Ah, sudahlah.

Saat menghadiri gala premiere Spider-Man: Homecoming pekan lalu, Marisa Tomei mengaku tidak kesulitan dalam memerankan karakter seorang bibi superhero muda. Dia juga memuji Tom Holland sebagai aktor yang menyenangkan dan easy going. Jadi, cukup mudah membangun chemistry di antara mereka berdua.

Tom Holland sendiri sejatinya harus menjalani audisi hingga delapan kali sebelum terpilih sebagai pemeran Spider-Man. Untuk menarik perhatian tim casting, aktor asal Inggris tersebut mengirimkan video yang berisi rekaman aksinya saat melakukan adegan akrobatik jungkir balik.

Meski baru berusia 21 tahun, Holland memang punya latar belakang penari dan kemampuan gimnastik. Dia sudah cukup lama menekuni dunia tari-menari dan pernah membintangi drama musikal Billy Elliot (2000) saat masih kecil.

Saat audisi final, Holland diminta melakukan adegan pertarungan dengan Captain America (Chris Evans). Bintang film The Impossible (2012) itu akhirnya berhasil memperlihatkan adegan flip alias aksi jungkir balik di depan tim casting.

Dengan kemampuannya tersebut, Holland sebenarnya bisa saja melakukan sendiri semua adegan berbahaya dalam Spider-Man: Homecoming. Namun, demi menjaga keselamatannya, pihak produser kemudian memutuskan untuk menggunakan jasa stuntman.

Boss Marvel Studios Kevin Feige menyatakan bahwa kemampuan akrobatik Holland tersebut sangat membantu selama proses syuting. Dia sering memberikan saran kepada stuntman tentang sejumlah gerakan dan cara mendarat yang baik.

Karena semua adegan berbahaya dilakukan oleh stuntman, Holland memang tidak pernah mengalami cedera selama syuting. Namun, bukan berarti dia terbebas dari kecelakaan.

Setelah selesai syuting dan mengemas barang dalam tas, Holland bersiap pulang dan menuruni tangga. Sialnya, dia kelewatan satu langkah dan akhirnya terpeleset. ACL (anterior cruciate ligament) alias ligamen yang mengikat sendi lututnya robek. Untungnya, cedera tersebut tidak terlalu parah.

Hal lain yang cukup menyiksa saat syuting adalah ketika Holland memakai kostum spandeks Spider-Man yang sangat ketat itu. Di balik suit tersebut, dia tidak memakai apa-apa. Nyaris bugil. Hanya selembar thong, alias g-string, yang menempel di tubuhnya.

So, jika kegerahan, Holland tak bisa asal membuka kostum Spider-Man-nya. Dia kan tidak mungkin berjalan-jalan di lokasi syuting hanya dengan mengenakan thong. Hehehe..

Menurut sutradara Jon Watts, Tom Holland, yang dia temukan di antara 7.000 calon pemeran Spider-Man, merupakan sosok Peter Parker sejati. Meski masih muda, Holland sangat berkarisma dan pantas beradu akting dengan aktor-aktor senior semacam RDJ dan Michael Keaton.

Di samping semua kelebihannya tadi, Tom Holland sebenarnya memiliki satu kelemahan, yaitu sulit menjaga rahasia. Dia pernah beberapa kali keceplosan membocorkan proyek Marvel Studios selanjutnya. Termasuk, tentang reboot Spider-Man, yang kabarnya bakal dibuat menjadi trilogi!

Untuk mengantisipasi mulut ember Holland, Marvel Studios akhirnya tidak memberi naskah full Avengers: Infinity War (2018). Hanya skenario yang menjadi bagiannya saja yang boleh dia baca. Mereka tampaknya takut plot megaproyek tersebut bakal terbongkar sia-sia di media gara-gara ulah Holland.

Kembali ke Homecoming. Dengan modal jumbo, mencapai USD 175 juta, Marvel Studios, tentu saja, ingin film Spider-Man pertama mereka ini sukses di pasaran. Bahkan, kalau bisa, menembus pemasukan di atas satu miliar dollar.

Setelah menggelar gala premiere di TCL Chinese Theatre pada hari Rabu (28/6) pekan lalu, harapan Marvel Studios, tampaknya, bakal menemui kenyataan. Homecoming menuai respon positif dari para kritikus. Tom Holland dinilai sebagai Spider-Man terlucu yang pernah ada. Mengalahkan Tobey Maguire dan Andrew Garfield, yang sebetulnya sama-sama cute.

Para kritikus juga menganggap film berdurasi 133 menit tersebut mampu membangun konflik yang cukup kompleks dengan humor yang smart dan aksi yang menegangkan. Setelah dianggap gagal saat diperankan oleh Andrew Garfield, Spider-Man tampaknya berhasil bangkit kembali kali ini. Welcome home, Peter!

***

Spider-Man: Homecoming

Sutradara: Jon Watts
Produser: Kevin Feige, Amy Pascal
Penulis Skenario: Jonathan Goldstein, John Francis Daley, Jon Watts, Christopher Ford, Chris McKenna, Erik Sommers
Pengarang Cerita: Jonathan Goldstein, John Francis Daley
Berdasarkan: Spider-Man by Stan Lee, Steve Ditko
Pemain: Tom Holland, Michael Keaton, Jon Favreau, Zendaya, Donald Glover, Tyne Daly, Marisa Tomei, Robert Downey Jr.
Musik: Michael Giacchino
Sinematografi: Salvatore Totino
Penyunting: Dan Lebental, Debbie Berman
Produksi: Columbia Pictures, Marvel Studios, Pascal Pictures
Distributor: Sony Pictures Releasing
Durasi: 133 menit
Budget: USD 175 juta
Rilis: 28 Juni 2017 (TCL Chinese Theatre), 5 Juli 2017 (Indonesia), 7 Juli 2017 (Amerika Serikat)

Rating (hingga 4 Juli 2017)
IMDb: 7,9/10
Rotten Tomatoes: 93%
Metacritic: 73/100